Abdullah Hehamahua: "anggota Dpr Punya Banyak Simpanan Dolar"

Edisi: 31/31 / Tanggal : 2002-10-06 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : Endah W.S., Dewanto, Nugroho , Kleden, Hermien Y.


TELEPON berdering dari satu perusahaan telepon seluler ke sebuah telepon genggam pekan lalu. Di ujung sana, operator mengingatkan pemilik telepon agar segera membayar tagihan bulan Agustus 2002 sebesar Rp 500 ribu lebih. Tuan pemilik telepon itu meminta si operator menagihkan saja biaya tersebut ke rekening banknya. Si operator menjawab dengan nada setengah putus asa: "Pak, di rekening Bapak saat ini saldonya tinggal Rp 20 ribu rupiah..," demikian sembari tertawa Abdullah Hehamahua, pemilik telepon genggam itu, menirukan kata-kata si operator kepada TEMPO.

Abdullah boleh jadi memusingkan si operator telepon itu. Tapi yang jauh lebih pusing oleh sepak terjang Abdullah adalah sebagian besar anggota legislatif di negeri ini. Selama satu setengah tahun terakhir, Abdullah praktis menghabiskan seluruh waktunya untuk menagih daftar kekayaan mereka, menelitinya, mengecek silang, dan mencatat aneka penyimpangan. Itulah yang dikerjakan pria asal Saparua itu dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Sub-Komisi Legislatif Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN). Abdullah tidak main-main. Kamis pekan lalu, ia "mengotaki" pengaduan KPKPN terhadap enam anggota MPR/DPR yang masih belum menyerahkan daftar kekayaannya ke polisi. "Mungkin orang mengira saya cuma menggertak. Sekarang saya buktikan saya tidak main-main," ujarnya dengan tenang.

Modal Abdullah dalam memburu para anggota DPR yang gemar menimbun harta bukan cuma gertakan. Gaya hidupnya bisa membuat bergidik orang serakah. Tak mempan oleh tempelan amplop setebal apa pun, Abdullah menjalani pekerjaannya sebagai aparat negara dengan disiplin diri yang mencengangkan: ia menolak menggunakan telepon kantor untuk keperluan pribadi apa pun, tidak mau naik mobil dinas Opel Blazer-nya untuk urusan yang non-dinas.

Dulu, para pegawai KPKPN kerap bergunjing keheranan melihat bos mereka ini naik-turun angkot, ojek, bahkan jalan kaki jika perlu. Uang gajinya yang sebesar Rp 12 juta ia habiskan setiap bulan untuk dikirim ke keluarganya di Malaysia, untuk infak, serta biaya beberapa anak yatim. "Selama di Jakarta, kalau tidak tinggal di rumah mertua di Depok, ya, menginap di kantor ini," ujar lelaki yang masih bugar pada usia 54 tahun itu.

Dia tergolong penyelenggara negara pertama yang menyetorkan daftar harta bendanya sendiri. Banyak orang geleng-geleng tak percaya melihat daftar kekayaannya. Praktis sebagian besar adalah hasil warisan dan hibah. Ada rumah seluas 112 meter persegi yang terletak di atas tanah 288 meter persegi di Saparua, mobil Toyota Starlet keluaran tahun 1980-an, motor Yamaha RXZ 110 cc, dua lemari buku, satu set ensiklopedia, dan satu telepon genggam. Total nilainya cuma sekitar Rp 120 juta.

Uang dan kekuasaan memang soal biasa di mata Abdullah. "Uang itu alat bantu," ujarnya. Dan kekuasaan? "Kalau saya mau, saya sudah bisa jadi menteri di Malaysia. Tapi saya menolak karena itu berarti saya harus ganti kewarganegaraan," ia melanjutkan. Ia mengungsi ke Malaysia sejak 1984 hingga 1998 gara-gara menolak asas tunggal dan khawatir terjebak dalam peristiwa Priok.

Ketika menghidupkan kembali Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, ia juga pernah ditawari duit Rp 1 miliar oleh seseorang. Tapi duit itu ditolaknya karena ia tahu orang itu merupakan utusan Cendana. Godaan serupa muncul sewaktu berlangsung Sidang Umum MPR 1998. Saat itu datang seorang jenderal yang menawarkan uang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…