Mencermati Dampak Kenaikan Harga Minyak

Edisi: 17/30 / Tanggal : 2001-07-01 / Halaman : 108 / Rubrik : EB / Penulis : Taufiqurohman, M. , Lebang, Tomi , Setiawan, Iwan


BANYAK pihak dengan waswas memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia kini menggelinding ke arah krisis tahap II. Suara-suara yang membuat masyarakat cemas dan takut itu sudah terdengar sejak sebelum kenaikan harga BBM diberlakukan, Sabtu, 16 Juni silam. Tatkala Presiden Abdurrahman menjanjikan bahwa ia akan menaikkan pendapatan per kapita Indonesia menjadi US$ 5.000 pada tahun 2004—diucapkan dalam pidato di acara Haul Bung Karno, 21 Juni berselang—masyarakat pun terheran-heran. Mengapa? Jangankan menaikkan GNP sebanyak tujuh kali seperti yang ingin dicoba Gus Dur, mempertahankan pendapatan per kapita yang sekarang saja sukarnya bukan main.

Yang kini dikhawatirkan justru adanya malapetaka yang lebih dahsyat. GNP bukannya naik, tapi turun lebih dalam. Lihatlah, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak luas dan berpeluang menciptakan lingkaran setan baru yang menyebabkan pemerintah sulit keluar dari masalah anggaran. Yang pasti, kenaikan harga BBM punya dampak berantai yang panjang. Biaya produksi dan ongkos transportasi naik sehingga harga barang dan jasa ikut naik. Lalu, inflasi pun melonjak.

Prof. Suhadi Mangkusuwondo dalam Pacific Economic Outlook meramalkan, inflasi tahun ini akan mencapai 14 persen, jauh di atas target semula: 9,3 persen. Tak dapat tidak, nilai rupiah juga semakin goyah. Bisa jadi, nilai tukar rupiah tidak akan pernah menguat lebih dari Rp 11.000 per dolar AS. Angka ini jauh dari angka yang diasumsikan APBN sebesar Rp 9.600 per dolar AS.

Nah, untuk mengamankan rupiah, Bank Indonesia akan lagi-lagi menaikkan suku bunga. Indikasinya sudah terlihat sekarang. Suku bunga SBI untuk jangka satu bulan sudah mencapai 16,55 persen. Jika kendali terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah jebol, BI tentu akan lebih mengetatkan bidang moneter. Buntutnya sudah bisa diramalkan sekarang: sektor perbankan akan kembali menghadapi mimpi buruk dan sektor riil akan menunggu giliran berikutnya. Dari sinilah krisis babak II itu akan merebak.

Kecemasan ini agak terasa berlebihan. Tapi, berbagai indikasi yang ada mengacu ke arah sana. Krisis politik sewaktu-waktu bisa meledak, dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…