Terantuk Harta Gaib Prabu Siliwangi
Edisi: 26/31 / Tanggal : 2002-09-01 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Muryadi, Wahyu , Budiman, Irfan , Kuswardono, Arif A.
SAID Agil Husin Al Munawar tak biasanya berjalan tergopoh-gopoh. Ia memang harus bergegas karena diperintahkan menghadap Presiden Megawati di Istana Negara, Senin pekan lalu. Menteri Agama itu rupanya tak diundang sendirian. Ikut duduk di sampingnya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Ardika. Bicara soal penting, agaknya. Seminar kerukunan antarumat beragama? Menggagas festival kidung umat Hindu yang dirutinkan seperti Musabaqah Tilawatil Quran?
Ternyata bukan. Pembicaraan dengan Presiden menyangkut perkara yang lagi marak dan menyita perhatian publik. Dua menteri itu kebetulan punya kompetensi berimpit: penggalian "harta karun" di dekat situs Batutulis, Bogor, yang menjadi cagar budaya. Idenya berasal dari Menteri Said, yang sudah ia laksanakan secara diam-diam. Kebetulan letak situs itu di kawasan yang berseberangan dengan Istana Batutulis. Ini pesanggrahan bersejarah milik keluarga Soekarno, yang biasa dipakai Mega beristirahat seraya bernostalgia dan menikmati panorama Gunung Salak di kejauhan.
Penggalian tersebut memang mengundang polemik. Menteri kelahiran Palembang 48 tahun lalu itu bukan saja dihujat lantaran memimpikan benda pusaka yang tak masuk di akal sehat. Beberapa hari sebelumnya, kepada pers ia mengaku berniat menggali pusaka yang dia yakini tak ternilai harganya. Bentuknya? Tak jelas betul, tapi ada banyak versi. Ada yang menyebut berupa lantakan emas, yang lain bilang berupa seabrek perhiasan tinggalan Prabu Siliwangi. Tapi sampai kini Said enggan menyebut wujudnya seperti apakarena sifatnya yang "gaib", jadi maaf saja, harus serba dirahasiakan.
Bukan soal ini yang jadi perkara. Apalagi niatnya luhur: harta temuan yang bernilai triliunan itu akan digunakan untuk menuntaskan utang Republik. Bisa menambal ekonomi negeri yang lagi morat-marit. Kalau ternyata isapan jempol, vonisnya tak begitu berat: paling-paling dia dianggap Menteri Agama yang hafidz, penghafal Quran, doktor ahli hadis, kok ya, percaya klenik. Angin surga, pepesan kosong, kok ya, diomong. "Dia menteri yang seharusnya menjaga tauhid, anehnya malah mengagungkan mistik dan paranormal," begitu kritik seorang menteri, tak habis pikir. Ia berpesan agar namanya disamarkan untuk urusan sensitif menyangkut koleganya ini.
Kesalahan lain menyangkut Istana. Ini jelas lebih fatal. Said dituding membawa-bawa nama Presiden untuk urusan yang kini jadi bahan tertawaan orang ini. Ia pernah mengaku sudah diizinkan Bu Mega untuk melaksanakan "megaproyek spiritual" ini. Padahal bos besar tak pernah memberi restu. Tegas-tegas menyatakan "oke laksanakan" juga tidak, apalagi sampai meneken keputusan presiden segala. Karena namanya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…