Abdullah Puteh: "semakin Besar Pasukan, Semakin Bagus"

Edisi: 26/31 / Tanggal : 2002-09-01 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : Suud, Yuswardi Ali , Puteh, Abdullah ,


LEDAKAN bom itu tiba-tiba menyobek udara malam yang senyap. Gelegarnya yang dahsyat menyisakan nyeri dan pekak di gendang telinga hingga bermenit-menit kemudian. Jangan salah kira. Peristiwa pada Kamis dua pekan lalu itu bukan terjadi di gunung dan hutan di pedalaman Aceh—kawasan tempat tentara Indonesia dan anggota Gerakan Aceh Merdeka telah bersilang senjata selama entah berapa tahun terakhir. Letusan itu terjadi di pusat kota Banda Aceh—tak jauh dari pendapa kediaman resmi gubernur saat wartawan mingguan ini tengah melakukan wawancara dengan Gubernur Aceh Abdullah Puteh.

Suasana menjadi sedikit tegang. Puteh tergesa-gesa masuk ke ruangan lain. Beberapa saat kemudian, ia muncul lagi dengan wajah lebih tenang. "Saya hanya kaget. Kalau soal kita harus mati, kan, sudah ada harinya masing-masing," ujarnya kepada TEMPO. Situasi Aceh memang masih sulit disebut aman. Saling sergap antara aparat Indonesia dan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bisa terjadi di setiap sudut negeri. Desing peluru dan dentum meriam adalah bagian dari napas hidup sehari-hari. Dan jangan sering-sering menghitung korban kalau tidak ingin frustrasi. Dialog antara pemerintah dan pemimpin GAM sudah bolak-balik dilakukan. Toh, titik temu belum kunjung dicapai.

Konflik di Aceh juga membuat pemerintahan sipil di banyak daerah nyaris lumpuh. Tak sedikit keuchik (kepala desa) yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan, tanpa pernah jelas siapa pelakunya, misalnya. Maka, pekan lalu, pemerintah pusat pun mengirim ultimatum kepada GAM untuk lebih serius berdialog. Batas waktunya Desember mendatang. Bila GAM tak juga memberikan jawaban memadai, pemerintah mengancam akan "meningkatkan intensitas pemulihan keamanan."

Di tengah situasi itulah Abdullah Puteh memerintah Aceh sejak dua tahun silam. Banyak berkecimpung di organisasi politik sejak berusia muda, Puteh pernah menjadi anggota DPR pusat. Dia punya latar belakang pengusaha dan pernah dituding bermain uang untuk mencapai jabatannya yang sekarang. "Saya tidak punya apa-apa untuk membeli anggota Dewan. Dan mereka tidak bisa dibeli," ujarnya tatkala TEMPO menanyakan soal itu.

Pekan lalu, koresponden TEMPO Yuswardi Ali Suud menemui Abdullah Puteh di kediaman resminya di Banda Aceh untuk sebuah wawancara khusus. Berikut ini petikannya.

Menurut Anda, apakah relevan menyelesaikan problem Aceh dengan menambah tentara?

Soal ekses pasti ada. Tapi, kalau dari awal tujuannya melindungi masyarakat, semakin besar pasukan semakin bagus. Yang penting harus dijaga eksesnya jangan sampai terlalu besar. Pola penanganan menjadi penting. Mungkin ke depan tentara akan masuk kampung, bukan hanya membawa bedil,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…