”paranormal-paranormal” Di Bppn

Edisi: 26/31 / Tanggal : 2002-09-01 / Halaman : 121 / Rubrik : EB / Penulis : Tanjung, Leanika , ,

TIDAK ada kebocoran floor price,” kata Syafruddin Temenggung, Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), beberapa waktu lalu. Ucapan bernada rendah maupun tinggi ini ibarat lagu kebangsaan yang kerap disuarakan para petinggi BPPN untuk menanggapi isu bocornya harga dasar dalam program penjualan aset kredit yang digelar bulan lalu. Kalau bukan Syaf, ya, Mohammad Syahrial—Deputi Ketua BPPN yang bertanggung jawab atas aset yang berasal dari kredit bank—yang ngomong.

Tapi bantahan berkali-kali itu tak memadamkan isu. Floor price alias harga minimal yang ditetapkan BPPN untuk tiap aset kredit memang begitu penting bagi calon pembeli yang ingin mendapat harga murah, sehingga rawan kebocoran. Bagaimanapun, BPPN tetap meneruskan proyek jumbo itu. Hasilnya diumumkan dengan bangga oleh Syafruddin, akhir Juli lalu, sepertinya untuk menepis isu tersebut. Dari aset kredit dengan nilai utang pokok Rp 111 triliun yang diminati lebih dari 20 pembeli, cukup banyak yang menawar di atas harga dasar. Total ada 38,5 persen pembeli seperti ini, yang menghasilkan Rp 17,7 triliun ke kocek lembaga penyehatan itu. Sisanya Rp 58 triliun ditawar di bawah harga dasar, dan diberikan kesempatan untuk mengulang penawaran.

Padamkah rumor tersebut? Sebaliknya. Dokumen para pemenang penawaran aset yang didapat TEMPO justru makin menguatkan sinyalemen adanya kebocoran harga dasar itu. Benar, ada sekian pembeli yang menawar di atas harga dasar. Tapi, kalau dari aset kredit bernilai miliaran, harga penawaran hanya berbeda 1.600 perak—bahkan ada yang hanya 12 perak—dari floor price, ya itu sih bisa dibilang harga penawaran sama dengan harga dasar. Bahkan banyak investor yang membeli dengan harga yang persis sama…

Keywords: -

---

Foto Terkait