Kapten Penerbang Ian Fuady: "posisi Kami Benar-benar Terancam"
Edisi: 20/32 / Tanggal : 2003-07-20 / Halaman : 43 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
PERINTAH "segera menghadap komandan" itu datang tiba-tiba. Empat penerbang yang baru melepas pakaian kantor bergegas, berlari-lari menemui atasan mereka. Saat mereka menghadap, perintah itu menjadi jelas: "Siapkan peralatan, pakaian, juga pesawat tempur F-16." Maka meluncurlah keempat penerbang itu ke dalam kokpit pesawat tempur. Adegan ini berlangsung di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, pada 3 Juli silam.
Dalam hitungan menit, dua pesawat tempur F-16 meraung-raung membidik langit. Terbang ke arah Bawean, di sebelah utara Kota Gresik, Jawa Timur, para penerbang itu diminta melakukan intersepsiâpengintaian terhadap pesawat yang tidak teridentifikasiâterhadap pesawat-pesawat tempur tak dikenal yang melakukan manuver sesuka hati di atas Laut Jawa, wilayah langit milik Indonesia. Bahkan aksi pesawat-pesawat perang itu bisa membikin celaka pesawat sipil yang melintas di daerah tersebut.
Belakangan, sebagaimana luas diberitakan, mesin perang tak dikenal itu ternyata F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Mereka sedang mengawal beberapa kapal perang yang tengah melintas di perairan Indonesia. Sebelum melesat, para pilot itu diberi instruksi tentang taktik menguntit pesawat tak dikenal. Pesawat tempur pertama diterbangkan oleh Kapten Penerbang Ian Fuady dan Kapten Penerbang Fadjar Adrianto. Sedangkan pesawat kedua diawaki oleh Kapten Penerbang Tonny Haryono dan Kapten Penerbang Satryo Utomo.
Dua pesawat tempur itu, juga para awaknya, baru pulang dari Medan setelah beberapa hari melakukan operasi dalam perang Nanggroe Aceh Darussalam. Jadi, hampir semua peralatan senjata yang dibawa dari Medan belum ditanggalkan.
Setelah 15 menit di udara, radar pesawat Fuady sukses melacak dua pesawat tempur tak dikenal. Kapten Fuady berusaha berkomunikasi dengan awak F-18 Hornet ituâsebuah langkah penting untuk mencegah insiden. Eh, alih-alih menjawab, dua Hornet lainnya malah meraung-raung dan menempel cuma beberapa meter di belakang buntut pesawat Ian Fuady.
Tak cuma menempel, dua pesawat "musuh" itu bahkan sukses mengunci posisi pesawat dan juga membuat misil F-16 milik Indonesia tak berkutik alias tak bisa ditembakkan. "Mereka sudah siap untuk menembak," kata Fuady kepada Dwidjo Maksum dari TEMPO, yang menemuinya di Pangkalan Udara Iswahyudi, Jumat pekan lalu, untuk wawancara ini.
Ian Fuady dan Fadjar Adrianto merasa tegang dan cemas. Maklumlah, dalam posisi dikunci, tak banyak yang bisa mereka lakukan. Ceroboh bermanuver bisa mendatangkan bahaya karena lawan akan menduga mereka tengah menggebrak serangan. Dan jika itu terjadi, kata Fuady, "Kami bisa berada di bawah laut dan berkeping-keping."
Untunglah tragedi itu tidak terjadi.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…