’opera Kecoa’ Pasca-orde Baru

Edisi: 20/32 / Tanggal : 2003-07-20 / Halaman : 138 / Rubrik : TER / Penulis : Chamin, Mardiyah, ,


INILAH dunia kecoa, inilah dunia manusia. Puluhan orang merayap, melata, keluar dari tempat persembunyian di bawah gubuk-gubuk kumuh. Sementara itu, suara berat Harry Roesli berkumandang. ”Mereka berimpitan di gorong-gorong, sementara yang lain bermain golf. Mereka cuma kecoa, kecoa, kecoa!”

Di Gedung Kesenian Jakarta, sepanjang 4-19 Juli, Opera Kecoa bercerita tentang orang-orang pinggiran yang tak lebih mujur ketimbang kecoa. Mereka yang ada di gorong-gorong, di selokan, di gubuk-gubuk jorok, juga di gang-gang pelacuran yang seronok.

Zaman berubah, tapi Teater Koma tetap teguh memeluk resep lama: tari-nyanyi-omong-ketawa. Dan seperti 18 tahun silam, para penonton yang kali ini mengeluarkan Rp 20 ribu hingga Rp 75 ribu untuk tiket masuk itu terguncang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…