Kisah Yang Tertinggal Di Sudut Rotterdam
Edisi: 24/31 / Tanggal : 2002-08-18 / Halaman : 38 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Gaban, Farid
TAK ada terik pada siang ituâsebuah hari dalam musim gugur, September 1921. Angin dingin menelusup lewat sela-sela kancing jas seorang pemuda yang berdiri dengan pikiran berkecamuk di satu sudut Rotterdam. Pemuda berusia 19 tahun itu bernama Mohammad Hatta. Sebagai mahasiswa baru di Rotterdamse Handelshogeschoolâsebuah sekolah ekonomi bergengsiâia mesti membeli sejumlah buku. Tapi dana beasiswa belum diterimanya. Uang saku yang dibawanya dari kampung tak seberapa. Baru sepekan dia tiba di Belandaânegeri yang 8.000 mil, dari Bukit Tinggi, tempat ia lahir dan dibesarkan.
Tanpa uang di saku, ia mendekati rak buku besar di De Westerboekhandel, sebuah toko buku tua di kota itu. Ia mengambil Hartley Withers, Schar, dan beberapa buku karangan T.M.C. Asser. Ia tak tahu dengan apa semua buku itu harus dibayar. Beruntung, pemilik toko buku itu tahu bagaimana harus bersikap pada mahasiswa miskin dari Dunia Ketiga. Dalam buku Mohammad Hatta Memoir, Bung Hatta menulis, "Dengan De Westerboekhandel aku adakan perjanjian bahwa buku-buku itu kuangsur pembayarannya tiap bulan f 10. Aku diizinkan memesan buku itu terus sampai jumlah semuanya tak lebih dari f 150".
Toko buku itu nyaris sudah pupus jejaknya tatkala TEMPO datang ke tempat itu, pada musim panas tahun ini. "Apa? De Westerboekhandel? Teruslah berjalan sampai bertemu Albert Heijn. Di dekat-dekat situlah," kata perempuan muda yang funky itu setengah berteriak. Rambutnya dicat hijau, alisnya dicukur habis, diwarnai dengan pensil kebiruan. Ia mengenakan banyak piercingâanting-anting yang dicocokkan dari bibir hingga lubang hidung. Dia bekerja di sebuah kedai kopi yang juga menjual daun ganja. Secangkir kopi panas mengepulkan asap, menebarkan aroma yang sedap. Bau ganja menyengat hidung.
Inilah Rotterdam 2002. Di Nieuwe Binnenweg di Rotterdam barat tempat kafe itu berada, berjejer bangunan aneka rupa. Ada rumah tinggal, kafe, kedai sayur milik orang Turki serta Maroko. Di sebelahnya terdapat toko audiovisual, salon, pusat kesehatan Cina, restoran India, gereja, toko kayu, dan toko barang antik. Di tengahnya terdapat jalur trem yang lalu lintasnya padat.
Cuaca panas bulan Juni meruapkan hawa yang pengap. Dan Rotterdam bersimbah cahaya berlimpah-limpah dari matahari yang seakan cuma sejengkal dari kepala. Orang ramai. Perempuan berjalan kaki dengan gaun berkait seutas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…