Bersama Biko Dan Zapata, Hatta Mengudap
Edisi: 24/31 / Tanggal : 2002-08-18 / Halaman : 42 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Gaban, Farid
5 SEPTEMBER 1921. Daun-daun kuning kecokelatan berserakan di jalan-jalan. Temperatur menukik turun ke kisaran belasan derajat Celsius saja. Di atas kepala, langit seperti jubah berwana kelabu yang menyelimuti sekujur negeri Belanda. Meriahnya warna-warni bunga daffodil dan tulip yang mekar tiap April dan Mei hanya tinggal kenangan. Giliran musim gugur yang meraja saat ini.
Pelabuhan Nieuwe Waterweg di depan mata. Angin selalu saja bertiup kencang di sini, di salah satu pelabuhan tersibuk di Belanda. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 11-12 siang. Terhuyung-huyung kapal Tambora milik Rotterdamse Lloyd melabuhkan diri. Jauh betul perjalanan yang telah ditempuh kapal itu selama sebulan. Dari Teluk Bayur ke Pelabuhan Perim melintasi Laut Merah menuju Port Said, berlabuh sejenak di Marseille lewat Selat Gibraltar lewat Teluk Biscaye, akhirnya Tambora beringsut-ingsut masuk ke mulut Sungai Mass dan sampai di Kota Rotterdam.
Satu demi satu penumpang menjejakkan kaki ke negeri mahadatar itu. Diiringi perasaan masygul dan degup jantung yang berdebar-debar, masing-masing turun seraya membawa serta bagasi berikut setumpuk harapan, sederetan cita-cita, serta sepenggal kenangan akan tanah air. Di antara penghuni kelas dua kapal tersebut terdapat seorang pemuda asal Indonesia. Mohammad Hatta namanya. Seraya merapatkan kerah baju hangat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…