Mohammad Hatta: Antara Ide Agama Dan Kebangsaan

Edisi: 24/31 / Tanggal : 2002-08-18 / Halaman : 80 / Rubrik : KL / Penulis : Noer, Deliar , ,


Ia bersekolah Belanda dari masa kecil, dan malah melanjutkan pelajarannya ke Belanda pada Sekolah Tinggi Ekonomi di Rotterdam. Daerahnya, Minangkabau, memang termasuk daerah yang banyak menentang Belanda (ingatlah Perang Padri di abad ke-19 dan Perang Kamang tahun 1908). Di masa remaja ia sering ke kantor Serikat Usaha, menghimpun saudagar-saudagar bumiputra di Padang yang bersaing melawan pengusaha Belanda dan Cina. Rasa kebangsaan seperti ini diperkuatnya pula dengan mengikuti kegiatan dua tokoh Minang yang bergerak dalam Sarekat Islam, yaitu Haji Agus Salim dan Abdoel Moeis.

Sejak tahun 1920, Hatta sudah berada di Negeri Belanda. Sebagai mahasiswa, ia menjadi anggota Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia), suatu perkumpulan sosial yang lima tahun kemudiam berubah menjadi organisasi politik, Indonesische Vereniging (Perhimpunan Indonesia). Pada tahun berikutnya, 1926, Hatta memimpin perkumpulan ini sebagai ketua sampai tahun 1930. Majalah organisasi ini, yang semula bernama Hindia Putra (mulai tahun 1916), diubah menjadi Indonesia Merdeka pada tahun 1924. Di masa itu pula ia, di samping giat memperkenalkan cita-cita kemerdekaan di Negeri Belanda, juga mengemukakannya di berbagai negeri di Eropa termasuk Belgia, Prancis, dan Jerman. Ia juga aktif turut serta dalam organisasi Liga Menentang Imperialisme, Menentang Tekanan Kolonial, dan Mendukung Kemerdekaan Nasional, yang mempertemukannya dengan berbagai tokoh Asia, termasuk Jawaharlal Nehru dari India.

Sebagai akibat perjuangannya di Negeri Belanda itu, bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datok Pamuntjak, dan Abdulmadjid Djojohadiningrat, ia terpaksa meringkuk dalam tahanan di Den Haag menghadapi tuduhan pihak Belanda untuk antara lain menghasut dan memberontak. Pidato pembelaannya Indonesie Vrij (Indonesia Merdeka). Di depan pengadilan, ia juga dibela oleh advokat Mr. J.E.W. Duys (yang juga anggota parlemen Belanda dari Partai Buruh Sosial Demokrat), yang membebaskannya sama sekali dari tuduhan. Memang berbeda juga pengadilan di Negeri Belanda yang merdeka dibanding dengan Indonesia yang dijajah. Malah Hatta, setelah pulang ke Indonesia pada tahun 1934, dibuang ke Digul tanpa proses pengadilan apa pun.

Hatta mempelajari Islam dan kemudian bersikap dan bertindak sebagai seorang muslim. Ia tidak keras…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…