Simalakama Industri Kayu Sarat Utang
Edisi: 15/30 / Tanggal : 2001-06-17 / Halaman : 131 / Rubrik : EB / Penulis : Hartono , Fibri, Rommy , Cahyani, Dewi R.
IBARAT makan buah simalakama: dimakan mati bapak, tidak dimakan mati ibu. Begitulah agaknya dilema yang saat ini dihadapi Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dalam menyikapi 129 debitor yang bergerak di sektor kehutanan.
Jika dibiarkan terus hidup, ke-129 perusahaan itu mengancam kelestarian hutan alam Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia kadung punya komitmen dengan negara-negara donor yang tergabung dalam Consultative Group on Indonesia (CGI) untuk melakukan restrukturisasi industri kayu dan menutup industri kayu sarat utang.
Namun, jika industri tersebut ditutup, BPPN akan memberikan kontribusi bagi menyusutnya penerimaan devisa dari sektor kehutanan. Padahal, pemerintah telanjur mencanangkan sektor ini sebagai andalan ekspor. Targetnya, sampai tahun 2004, sektor ini harus mampu mendatangkan devisa US$ 8 miliar per tahun.
Boleh jadi BPPN bingung…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…