Hari Jadi Di Dalam Galeri

Edisi: 14/30 / Tanggal : 2001-06-10 / Halaman : 50 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : , ,

BAHKAN setelah satu abad, Sukarno tidak membuat orang berhenti berpikir tentang dirinya. "Musuh" politik, intelektual, penyair, bintang film, atau abdi dalem keraton melihat sosok bekas presiden ini dari rupa-rupa sudut, dan menyatakan pendapatnya dalam galeri ini.

Setiap pendapat-baik spontan maupun tidak-tampaknya lahir dari pengalaman pribadi, bacaan, persentuhan dengan sosok ataupun pemikiran Sukarno. Anak-anak generasi mutakhir-lahir dalam rentang waktu yang jauh setelah Bung Karno-juga menyimpan komentar sendiri tentang tokoh ini, yang mereka kenal dari bacaan ataupun penuturan orang lain.

* Rosihan Anwar, 79 tahun, mantan Pemimpin Redaksi Harian `Pedoman'-dibredel Sukarno-Jakarta

Saya melihat Sukarno sebagai Dr. Jeckyl and Mr. Hyde, sebagai the good guy dan the bad guy, pribadi yang terbelah (split personality). Jadi, kenangan saya akan Bung Karno adalah kenangan pada sosok yang pribadinya terbelah.

Saya juga membedakan Sukarno muda dan Sukarno tua. Sukarno muda-pada usia 40-an-adalah sosok yang segar, demokratis, egaliter, dekat dengan rakyat. Saya bisa connect dengan dia di masa itu.

Tapi, setelah 1957, dia mengajukan konsepsi Nasakom (nasionalis, agama, dan komunis). Lalu, pada 1959, ia menyatakan dekrit untuk kembali ke UUD 1945, serta Manipol (manifesto politik) pada 1960 sebagai haluan negara. Sukarno pelan-pelan mengonsolidasikan kekuasaan: dia mau menjadi yang benar-benar berkuasa.

Sukarno tua adalah the bad guy. Tapi, pada peringatan 100 tahun Sukarno, saya ingin mengatakan bahwa saya sudah memaafkannya. Memang dulu dia menyakiti saya, tapi dia juga orang yang berjasa.…

Keywords: -

---

Foto Terkait