Mimpi Buruk Anak-anak Negeri
Edisi: 22/31 / Tanggal : 2002-08-04 / Halaman : 55 / Rubrik : SEL / Penulis : Wicaksono, Supriyatun, Upiek , Wibowo, Kukuh S.
BOCAH berusia 11 tahun ini bernama Ai Solihat. Asalnya dari Desa Saluyu, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dia bukan siapa-siapa, bukan penyanyi cilik top seperti Sherina atau Tasya, bukan pula bintang ajaib seperti Joshua. Ai cuma seorang bocah dari kampung miskin yang sudah putus sekolah. Dia ingin mengubah nasib dengan mencari kerja di kota. Tapi siapa nyana, nasib berbicara lain. Bersama belasan temannya, bocah laki-laki yang tak lulus sekolah dasar ini justru diperas seperti binatang oleh seorang pengusaha bordir di Bandung.
Penderitaan anak-anak di Kota Kembang yang terungkap sebulan silam itu bagaikan kado pahit pada peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli lalu. Sayang, Presiden Megawati Sukarnoputri tak menyoroti eksploitasi anak-anak ini. Saat merayakan hari istimewa itu, Presiden hanya berpesan kepada anak-anak, "Gantungkan cita-citamu setinggi langit."
Kalau cuma soal cita-cita, Ai pun punya walau tak muluk-muluk. Dia ingin mencari duit demi meringankan beban hidup orang tuanya. Karena itu pula ia terpikat dengan tawaran Pipin, seorang warga di desanya. Perempuan setengah baya ini mengiming-imingi Ai bekerja di sebuah perusahaan bordir di Kota Bandung dengan gaji besar. Syaratnya mudah, tak perlu ijazah atau sertifikat keterampilan. Yang penting asal mau bekerja keras.
Tergiur oleh rayuan manis, Ai lalu berangkat ke Bandung. Ia diterima bekerja di rumah Budi Halimah, di Gang Sincong, Jalan Adibrata, yang punya usaha konfeksi dan bordir. Di sana dia sempat kegirangan karena bertemu dengan 11 teman sebayanya di kampung, antara lain Rani Nuraeni, Feriyawan, Miftahul Ridwan, Herman Darmawan, dan Rena.
Tempat tinggal Budi cukup besar. Seluas sekitar 500 meter persegi dan terdiri atas tiga lantai, rumah itu sekaligus berfungsi sebagai tempat bekerja. Tapi kamar yang ditempati Ai bersama sebelas anak lainnya amat sumpek. Mereka tidur di dua kamar masing-masing seluas 3 x 5 meter persegi. Di situ terhampar empat helai tikar di atas lantai yang ditinggikan setengah meter. Ada beberapa buah bantal yang berserak di atasnya, tapi tak terlihat kasur ataupun busa. Dindingnya, yang berwarna putih kusam, dipenuhi tulisan nama-nama bocah itu serta tempelan poster artis-artis remaja dan gambar boneka Teletubbies.
Apa pekerjaan mereka? Karena dianggap belum mampu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…