Pendidikan: Perlukah Tambahan Di Luar Pelajaran Formal?
Edisi: 21/31 / Tanggal : 2002-07-28 / Halaman : 94 / Rubrik : IT / Penulis : , ,
Sementara anak-anak kurang mampu sukar mendapat bangku sekolah, sejumlah anak kalangan berpunya merasa memerlukan tambahan di luar pendidikan formal. Tapi perlukah? Bukan malah merampok waktu bermainnya?
***
Mencetak Einstein secara Alamiah, atau Robot-Robot
Karena ingin anaknya superpintar, sejumlah orang tua menjejalinya dengan kursus-kursustermasuk kursus mental arithmetic dan kumon. Tapi ini gila! teriak seorang pendidik, Yang mereka perlukan fun! Lahirnya seorang Einstein tidak bisa dengan dikarbit.
TORU Kumon boleh jadi tidak menyangka sistem belajar yang dikembangkannya akan sepopuler sekarang. Awalnya, 1954, ia hanya ingin membantu Takhesi, murid kelas dua SD, mendongkrak mata pelajaran matematikanya yang jeblok. Guru di sebuah SMU di Prefektur Kochi, Jepang, itu lantas merancang suatu sistem belajar yang efektif dan sistematis bagi anaknya. Ia harapkan pula dasar-dasar matematika si anak menjadi kuat.
Hasilnya? Sungguh luar biasa! Saat Takhesi di kelas enam SD, ia sudah dapat menyelesaikan persamaan diferensial dan kalkulus integral yang setara dengan pelajaran SMU. Sukses Takhesi lalu melecut Toru mengembangkan sistem itu kepada anak-anak lain di lingkungan rumahnya.
Berkembang dari mulut ke mulut, sistem belajar itu dikenal sebagai metode kumon. Malah, pada 1958, untuk lebih mengembangkannya, didirikanlah Kumon Institute of Education (KIE). Kini metode dari Jepang ini telah menyebar di 45 negara di dunia, dengan jumlah siswa lebih dari 3 juta anak. Di Indonesia, siswanya telah mencapai 11 ribu orang, dihitung dari 1993 hingga Mei 2002.
Menurut Magdalena, planning team leader KIE Indonesia, sebetulnya sistem ciptaan Toru Kumon itu cukup sederhana. Metode ini merupakan kursus…
Keywords: -
Rp. 15.000
Artikel Majalah Text Lainnya
S
I
P