Madu Dan Racun Di Tangan Theo

Edisi: 20/31 / Tanggal : 2002-07-21 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Widjajanto, Kuswardono, Arif , Silalahi, Levi


BINGKISAN itu jelas dikirim dengan maksud meledek. Jumlahnya 13 paket, berasal dari seorang simpatisan yang mengaku dari Jawa Timur. Saat dibuka, isinya berupa kutang, celana dalam perempuan, popok bayi, dan dot susu. Dari seluruh jajaran pengurus, hanya nama Ketua Umum Megawati Sukarnoputri dan Wakil Sekjen Yacobus Camarlo Mayongpadang yang tidak tertera. Kado kejutan itu tiba di Kantor Pusat PDI Perjuangan atau PDIP di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, akhir Juni lalu.

Mudah ditebak, kiriman tersebut merupakan ekspresi kekecewaan pendukung partai yang punya anggota terbesar di parlemen itu. Sindiran dalam paket kiriman ini jelas: Partai Banteng, yang punya kursi terbesar—berjumlah 153 kursi—di DPR, pemenang Pemilu 1999, kini tengah melempem dan kekanak-kanakan. Kecaman ini muncul menyusul sikap partai yang mendukung Sutiyoso sebagai calon Gubernur DKI Jakarta berikutnya. Pula, mayoritas anggotanya memilih abstain dalam Sidang Paripurna DPR, dua pekan lalu.

Padahal ketika itu para wakil rakyat tengah bersidang untuk memutuskan perkara penting: pembentukan panitia khusus (pansus) Bulog II. Jika terbentuk, badan ini akan bertugas menyelidiki dugaan keterlibatan Akbar Tandjung, juga Partai Golkar, dalam penggunaan dana nonbujeter Bulog sebesar Rp 40 miliar—suatu tujuan yang paralel dengan semangat antikorupsi yang digembar-gemborkan partai wong cilik ini. Rapat pleno di Senayan itu akhirnya memang membatalkan rencana pembentukan pansus untuk Akbar.

Kebijakan ini lantas mendorong teropong para pengkritik lebih terfokus ke Lenteng Agung. Siapa gerangan yang berperan "membisiki" Megawati sehingga Ibu Presiden membikin keputusan kontroversial? Soal naiknya nama Sutiyoso, misalnya. Ketua PDIP Jakarta, Tarmidi Suhardjo, mencurigai bukan Mega yang ngotot, melainkan orang-orang di sekitarnya. "Saya tahu ini tidak murni dari Megawati. Yang saya tahu (atas usulan) Theo Syafei," ujar Tarmidi, salah satu kandidat Gubernur DKI yang dicalonkan rapat partai sewilayah Jakarta ini, kepada Jajang Jamaludin dari Koran Tempo.

Theo membantah tuduhan itu. Dalam percakapannya dengan TEMPO di sebuah toko buku di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…