Itu Adalah Trik Iblis

Edisi: 12/30 / Tanggal : 2001-05-27 / Halaman : 90 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Setiawan, Iwan , Wiyana, Dwi ,

* Nanda, 20 tahun

Senandung Nanda kembali terdengar saat sore menjelang tiba. Begitulah kebiasaan baru Nanda saat berkebun. Dua tahun lalu, jangankan berkebun atau bersenandung, Nanda lebih suka menyendiri, termenung menanti temannya datang ke rumah. Hanya ada satu hal yang mampu membuat Nanda tersenyum saat itu, nyuntik. Ya, saat itu, Nanda sedang suka-sukanya nyuntik putauw, sejenis heroin bermutu rendah.

Nanda terjerumus ke dalam narkoba sejak remaja. Ia adalah pribadi yang gelisah. Saat duduk di kelas 5 SD, ia telah mencuri-curi rokok ayahnya. Kebiasaan itu terus berlanjut. Dan ketika duduk di kelas II SMP, Nanda mulai mengenal obat-obatan semacam Mogadon dan Nipam. Selain itu, Nanda mulai ketagihan mengisap ganja. Prestasi belajarnya morosot-Nanda tak naik kelas-sementara prestasi bandelnya makin meningkat.

Selepas SMP, Nanda bersekolah di SMA Yadika V, Jakarta Selatan. Di sini, kecanduan Nanda terhadap obat haram itu makin menjadi. Tak hanya mengonsumsi Mogadon atau Nipam, Nanda mulai berkenalan dengan shabu-shabu dan putauw. Suntikan maut putauwlah yang menyeret Nanda sebagai budak setia narkoba. Untuk merasa normal, dan sehat, dalam sehari Nanda butuh setidaknya sebuah suntikan putauw. Saat itu, dunia Nanda benar-benar berubah. Tak ada lagi yang diinginkannya kecuali menyuntik putauw. Ia tak peduli ketika untuk mendapatkan putauw harus mencuri uang atau perhiasan orang tuanya.

Sekolahnya juga hancur-hancuran. Nanda sempat diungsikan ke Semarang dan masuk ke SMU Sudirman di sana. Toh, sama saja. Ia justru tak pernah pulang ke rumah selama di Semarang. Selain kecanduan obat, Nanda terlibat kehidupan seks bebas. Melihat kondisi Nanda makin parah, orang tuanya menariknya kembali ke Jakarta. Di sinilah lantas Nanda mulai kenal arisan putauw. Ia patungan membeli putauw…

Keywords: -

---

Foto Terkait