Mendaras Doa Di Ruang Tua
Edisi: 22/32 / Tanggal : 2003-08-03 / Halaman : 75 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Arjanto, Dwi, W.S. Endah
SEPINTAS, bangunan bergaya rumah tradisional Cina itu lebih mirip dengan wihara ketimbang gereja. Kedua ujung wuwungannya yang berwarna merah mencuat lancip. Dua buah patung singa (baogushi) jantan dan betina, terbuat dari batu, berdiri gahar di halaman teras, bak penjaga atau azimat pelindung rumah. Pintu depan penuh motif Cina.
Bila bangunan di daerah padat Glodok itu akhirnya dikenali sebagai gereja, itu karena adanya tiang salib besar di atas wuwungan dan tulisan Gereja Katolik St. Maria de Fatima yang dipasang di atas pintu utama. Atau karena di halaman terdapat menara lonceng yang dihiasi patung Yesus mungil dan tiruan bukit kecil dengan patung Bunda Maria putih.
Inilah gereja tua di Jakarta yang sangat unik, yang menjadi salah satu cagar budaya DKI Jakarta. Gereja ini aslinya memang adalah rumah tradisional bangsawan Cina bergaya Fukien (Tiongkok Selatan), yang pada awal abad ke-19 kemudian digunakan untuk tempat misa. Sebagaimana umumnya, rumah bangsawan tradisional Cina berpola tiga bangunan berderet ke belakang. Antara bangunan pertama (utama) dan bangunan kedua terdapat ruang terbuka. Di tempat itulah keluarga berkumpul atau sembahyang bersama. Setelah dibeli oleh pihak gereja, ruang terbuka itu ditutup dijadikan ruang gereja, dan ruang sembahyang keluarga dijadikan altar gereja sampai sekarang.
Kini penerbitan tiga buku sekaligus oleh Yayasan Cipta Loka Carakaâsebuah yayasan yang memiliki perhatian besar terhadap bangunan tua di Jakartaâbeberapa waktu lalu, membuka mata kita tentang khazanah gereja, kelenteng, dan masjid-masjid tua di Jakarta. Yayasan milik Romo Adolf Heuken, S.J. itu menerbitkan Gereja-Gereja Tua di Jakarta dan Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta, keduanya karangan Adolf Heuken, S.J., dan Klenteng-Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta karya dua sejarawan Prancis D. Lombard (almarhum) dan Claudine Salmon. Ini buku lama (1985) yang diterbitkan ulang.
Buku-buku itu menelusuri masjid, kelenteng, dan gereja di Jakarta semenjak abad ke-17. Di samping rincian ornamennya, dibedah pula gaya yang mempengaruhi arsitektur bangunan ibadah tersebut. Bahkan Lombard dengan sangat teliti menguraikan berbagai perbedaan ikonografi yang terdapat di setiap kelenteng di Jakarta. Lombard mulai melakukan perjalanan mengunjungi kelenteng di Jakarta sekitar 1966. Saat itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…