MEMBACA ARSITEKTUR, MEMBACA UMAT

Edisi: 22/32 / Tanggal : 2003-08-03 / Halaman : 88 / Rubrik : IQR / Penulis : Kusumawijaya, Marco, ,

MASJID tua terindah di Jakarta adalah Masjid Angke atau Al-Anwar di Jalan Angke, Jakarta Kota. Eklektik secara spontan, rupanya tak dibuat-buat ataupun dibenar-benarkan dengan konsep abstrak, masjid yang dibangun pada 1761 ini adalah ekspresi bauran berbagai budaya yang telah terjadi sebelumnya.

Bentuk denah bujur sangkar Jawa berpadu dengan atap yang berujung melengkung ke atas, mengacu punggel Bali. Anak tangga berupa enam bidang bersusun-tumpuk bergaya Eropa mengantar langkah dari tiga sisi kepada daun dan bingkai pintu bergaya Belanda, buah kreasi dan keterampilan tukang kayu Cina. Ukuran yang relatif kecil, sekitar 12x12 meter persegi, rupanya memungkinkan pengendalian harmoni yang ketat, dengan olahan rapi pada tiap peralihan dan sambungan. Masjid ini dibangun untuk komunitas Bali muslim oleh kontraktor Cina pada 1761. Ya, Jakarta sejak abad ke-16 sudah bersifat sangat kosmopolitan, dengan berbagai (suku) bangsa hidup berdampingan: Bali, India, Cina, Moor, Arab, Jawa, dan Eropa.

Begitulah rupanya juga pesan keseluruhan seri tiga buku ini, yakni agar warga Jakarta mengenal keragaman sejarah komunitasnya melalui salah satu saksi terpentingnya, yaitu arsitektur rumah ibadah tiga agama terbesar di kota ini: masjid, kelenteng, dan gereja. Maka yang utama di sini adalah penjelasan sejarahnya, termasuk sejarah komunitas-komunitas keagamaan dan etnis, sedangkan rincian arsitektur nomor dua. Kesamaan di antara ketiganya adalah pengalaman buruk dengan kekuasaan yang merasa terancam dan berpandangan sempit, yang pada abad ke-17 sampai ke-18 menekan ketiga-tiganya. Masjid dan kelenteng tak boleh dibangun di dalam Kota Batavia yang dikelilingi tembok. Sedangkan gereja juga dikekang dan dicampuri pada masa itu.

Karena itu, masjid…

Keywords: -

Rp. 15.000