Menujum Tanda-tanda Zaman

Edisi: 10/30 / Tanggal : 2001-05-13 / Halaman : 95 / Rubrik : IT / Penulis : Mathari, Rusdi , ,


Bahkan kelompok yang sering dianggap mengalami surplus, seperti artis sinetron, ada yang menata kembali pengeluarannya. Inilah tanda-tanda zaman ketika kegiatan ekonomi rumah tangga kebanyakan orang di negeri ini makin terancam.

Danareksa Research Institute (dRi) melakukan survei secara rutin setiap bulan untuk memahami indikator ekonomi itu. Pusat Data dan Analisa TEMPO mengelolanya, menambahinya dengan reportase, untuk Anda baca. Kerja sama ini disiapkan agar lancar, sehingga Anda bisa mengikuti perkembangan situasi yang disurvei itu secara berkala.

***

Survei Membuktikan: Negeri ini Berakrobat di Tebing Krisis

PENYAIR Chairil Anwar pernah mengatakan, "Hidup hanyalah menunda kekalahan." Dengan nada yang sama getirnya, tapi dalam ungkapan yang berbeda, Turmuzi Harun barangkali akan mengatakan, hidup adalah permainan akrobat yang berkepanjangan. Turmuzi bukan penyair, melainkan seorang pegawai sipil di sebuah lembaga pemerintah, yang harus bergulat melawan kehidupan sehari-hari dengan tak kalah intens dibandingkan dengan pergumulan hidup Chairil Anwar pada masa kepenyairannya dulu.

Untuk menghadapi pergulatan realitas hidup sehari-hari, sudah lebih dari setahun ini Turmuzi Harun berakrobat mengatur keuangan keluarganya. Pendapatan bulanannya, yang dulu cukup membiayai seorang istri dan empat anaknya, kini mulai tak bisa diandalkan membayar kebutuhan bulanannya. Sebelum habis bulan, bahkan masih di tengah bulan, ia sudah merasa tercekik, akibat pendapatan yang tak beranjak naik, sementara kebutuhan pokok sudah menjadi makin mahal. Sementara itu, ia juga harus membiayai tiga anaknya yang masih duduk di bangku kuliah.

Dengan pendapatan Rp 3,5 juta sebulan, Turmuzi, kepala biro di Lembaga Informasi Nasional, mau tak mau harus mencukupkan semuanya: kebutuhan sehari-hari keluarganya, biaya kuliah ketiga anaknya, sampai pengeluaran tak terduga, misalnya membayar ongkos kesehatan atau memenuhi undangan perkawinan kerabatnya.

Gaji pokok pejabat eselon II ini sebetulnya hanya sekitar Rp 900 ribu. Ditambah tunjangan dan segala macam lainnya, sesuai dengan pangkat dan jabatannya, upah bulanan yang dikantonginya menjadi Rp 3,5 juta. Cukup besar memang, tapi tetap tak sebesar ketika belum ada krises ekonomi dan ketika Departemen Penerangan--tempatnya bekerja--belum dibubarkan. Waktu itu, bila bekerja sampai lewat jam kerja, Turmuzi masih mendapat uang lembur. Juga ketika ada acara tertentu atau dinas ke luar daerah, selalu saja ada uang sampingan yang dikantonginya. Ketika itu, setiap bulan ia bisa membawa pulang sampai Rp 5 juta. "Dulu penghasilan saya lebih dari cukup,"…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Surga di Teluk Cendrawasih
2007-11-04

Surga di teluk cendrawasih

I
Indragiri Hulu Menjawab Tantangan
2007-11-04

Indragiri hulu menjawab tantangan

P
Potensi Sumber Daya Alam Kami Melimpah
2007-11-04

Potensi sumber daya alam kami melimpah