Setelah Pertanian Tak Lagi Menjadi Primadona
Edisi: 11/30 / Tanggal : 2001-05-20 / Halaman : 118 / Rubrik : EB / Penulis : Sugrahetty, Gabriel , ,
SYDNEY, sebagaimana kota besar lain di dunia, adalah kota yang sibuk. Di kawasan bisnis seperti di George Street, lalu-lalang karyawan kantor yang bergegas menuju ke tempat kerja sudah tampak sejak matahari pagi mulai mengintip. Namun, berdekatan dengan kawasan perkantoran, tampak orang mulai menyemut di sekitar Gedung Opera Sydney, yang dengan arsitekturnya yang sangat unik itu seolah menjadi lambang negara Australia. Di bangku-bangku yang bertebaran di pelabuhan feri yang sibuk, tampak pemandangan yang kontras dibandingkan dengan kesibukan karyawan: turis-turis yang duduk santai tanpa terburu waktu tengah menikmati pagi. Udara musim gugur di pengujung Maret lalu yang mengembuskan suhu sekitar 20 derajat Celsius memang membuat para wisatawan nyaman mengendurkan saraf.
Wisatawan yang berleha-leha itulah yang kini turut menghidupkan denyut bisnis di ibu kota Negara Bagian New South Wales itu. Bahkan, pariwisata telah menjadi sektor jasa penting yang cukup besar sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB) Australia. Pertanian, jangan salah, ternyata bukan lagi primadona utama yang menyokong ekonomi Australia. Meski negeri itu masih terkenal dengan produk pertanian dan hasil olahannya-anggur, apel, atau susu-sejak 10 tahun lalu komoditi tak lagi menjadi pilar utama perekonomian Australia. Tertinggal jauh dengan sektor jasa yang menyumbang 71 persen dari PDB, sektor pertanian ternyata hanya memberikan kontribusi 3 persen. Negara yang total penduduknya hanya sekitar dua kali penduduk Jakarta itu sendiri pada 1999 tercatat mempunyai PDB US$ 395 miliar-jauh di atas PDB Indonesia, yang pada tahun yang sama hanya mampu mencapai US$ 154,1 miliar.
Beberapa tahun lalu, di awal tahun seperti ini, turis di Australia tidak sebanyak sekarang. Australia perlu berterima kasih kepada Olimpiade 2000. Tak hanya sukses menyelenggarakan Olimpiade, Australia memetik buah dari keberhasilannya memanfaatkan pesta akbar olahraga itu sebagai etalase untuk memamerkan kemampuan manajemen dan teknologinya.
Selama pesta akbar itu berlangsung, tak kurang dari 400 ribu wisawatan berkunjung ke kota yang hanya berpenduduk 4 juta itu. Dan sejak Januari lalu, kedatangan turis naik sampai 30 persen. Hal itu diungkapkan Loftus Harris, Direktur Jenderal Departemen Pembangunan Negara…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…