Diplomasi Tanpa Todongan Bedil
Edisi: 25/32 / Tanggal : 2003-08-24 / Halaman : 36 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Suyono, Seno Joko , Chamim, Mardiyah, Patria, Nezar
ACEH 7 Maret 1961. Sepucuk surat mahapenting meluncur dari markas penguasa militer tertinggi di Aceh. Pada bagian luar amplop tertulis alamat yang dituju, yaitu Teungku Muhammad Daud Beureueh, pemimpin gerakan DI/TII Aceh. Surat yang dikirim lewat kurir khusus itu diawali dengan kalimat nan indah: "Bahwa inilah warkatul ikhlas, yang datang dari M. Jasin, Kolonel Infanteri, Panglima Kodam Iskandar Muda. Dan mudah-mudahan Ayahanda Teungku dan keluarga dalam keadaan sehat walafiat. Amin ya rabbal alamin."
Boleh jadi gaya bahasa Jasin terbilang aneh. Meski seorang panglima militer, Jasin sama sekali tak mengedepankan tekanan. Dalam surat itu Jasin bahkan menawarkan keberangkatan ke tanah suci Mekah kepada Teungku Daud Beureueh dan keluarga. Jasin sengaja memilih jurus sopan itu. Soalnya, Teungku Daud adalah ulama Aceh yang paling disegani pada zaman itu. Ia tak takut ancaman dan tekanan. Teungku Daud justru akan "takluk" pada orang-orang yang bersikap sopan dan rendah hati. Meski tak kenal secara pribadi, "Saya sengaja menyebut Teungku Daud sebagai 'ayahanda'," ujar Jasin.
Bukan hanya itu, sebenarnya. Sejak beberapa waktu sebelumnya, segera setelah Jenderal A.H. Nasution menugasinya menjadi Panglima…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…