Masakan Sunda Memang Beda

Edisi: 25/32 / Tanggal : 2003-08-24 / Halaman : 150 / Rubrik : INF / Penulis : Susandijani, Purwono, Danis,

DINI Insan Kamil, senior manager bank swasta papan atas di Jakarta, mendesah kepedasan, ketika sambal mangga yang terhidang di dalam cobek kecil di depannya menyentuh lidahnya. Apalagi ketika ia menjumput nasi panas dipiringnya kemudian dicocolkan ke karedok yang rasanya juga tak kalah pedas. Buru-buru ia menyeruput sop gurami untuk menetralisirnya, kendati sup yang rasanya mirip masakan tom yam dari Thailand itu tak seratus persen dapat membuat lidahnya sejuk.

Dini memang penggemar masakan pedas. Panas yang menyergap seluruh isi rongga mulutnya, bahkan sampai ke telinga, justru membuatnya senang tak terkira. Dengan wajah bersemu merah, siang itu, Dini tampak mengoyak ikan gurame yang ditumis, berkuah kecap dengan irisan tomat dan cabai. Usai bersantap, kesegaran es goyobod menuntaskan menu makanan yang dipesannya di Dapur Sunda, Rabu silam. "Ini baru makanan," katanya.

Masakan tradisional Jawa Barat yang baru disantapnya itu, diakuinya betul-betul istimewa. Sebab, menurut pengakuannya, biasanya ia kurang suka menyantap hidangan ikan. Tapi siang itu, masakan gurami, baik yang sup maupun tumisnya, dilahap sampai tak bersisa di piringnya. Bagi Endah Kaniasari Ansoroeddin, pengelola sekaligus pemilik Dapur Sunda, rahasianya terletak pada resep dapurnya. "Kami mempunyai dua tim pengolah bumbu inti. Secara berkala, para jurumasak berkumpul untuk peningkatan kualitas serta bertukar pengalaman," ujar Endah Kaniasari Ansoroeddin.

Bagi mereka yang jauh dari kampung halaman, masakan tradisional yang disajikan Dapur Sunda tak sekedar menawarkan kenikmatan, tapi juga bisa mengobati kerinduan. Karena itu, tak heran bila masakan tradisional semakin hari semakin banyak diburu orang. Perkembangan, itu dapat…

Keywords: -

---

Foto Terkait