Kepada India Dan Dunia

Edisi: 17/31 / Tanggal : 2002-06-30 / Halaman : 73 / Rubrik : IQR / Penulis : Anggraini, Dewi , ,


"It flounders on the rock of its own ineptitude. The writing is unenhanced by any dualities of vision…. Elegant but trite, it remains a novel of stasis, grown rank amid the lotus pond of India, amidst its maya and samsara."

-- The Pioneer, New Delhi

"It is, I cannot hesitate to say, a work of art, a first novel of the highest achievement…. We breathe in the story with that easy certainty with which we see beauty or hear music…. It is something like reading Turgenev."

-- Financial Times, London

TAK banyak, memang, persamaan antara Ivan Turgenev dan bunga lotus, maya, dan samsara. Yang satu adalah seorang arkeolog strata sosial yang tangguh—"the novelist's novelist", seperti kata Henry James—yang menjaring dunia dengan kata, estetika, dan nurani; sedangkan yang lain membenamkan representasi seni sebuah bangsa ke dalam kubangan simbolisme stereotip. Referensi kepada Turgenev, yang menggambarkan elitenya latar belakang keluarga dan pendidikannya, juga menyiratkan semacam humanisme universal, sehingga yang "India" menjadi "dunia". Namun, persamaan itu ada: kedua penggalan resensi di atas merujuk pada buku yang sama.

Buku tersebut, The Romantics, karya Pankaj Mishra, bukanlah karya sastra "India-Inggris" (Indo-English) pertama pasca-fenomena Arundhati Roy yang menuai dualisme kritik: disanjung-sanjung di Barat, disindir di kampung halaman sendiri. Simak juga nasib Raj Kamal Jha, yang hak cipta buku terbarunya, The Blue Bedspread, dibeli seharga 250 ribu poundsterling oleh penerbit Picador, tapi habis dikebiri oleh para kritikus sastra India. "Tidak ada sekuen, logika, misteri, ataupun fakta dan detail yang menarik….," demikian didenguskan oleh The Hindustan Times.

Dan daftar pro-kontra pun masih panjang, sepanjang antrean calon-calon bintang sastra dalam rentang harapan yang dibentangkan Roy setelah karyanya berjudul The God of Small Things mengubah peta sastra India: Kiran Desai dengan Hullabaloo in the Guava Orchard; Amit Chaudhuri dengan Freedom Song dan A New World; Akhil Sharma dengan An Obedient Father; dan Shauna Singh Baldwin dengan What the Body Remembers.

Masuk akalkah fenomena ini? Kita kemudian terpaksa bertanya tentang arti lokal ketimbang gaung global. Terutama kita yang beranjak dari sudut pandang sebuah generasi yang mati suri dalam apati, sebentar tersentakkan, untuk kemudian bablas dalam euforia; yang cenderung mudah kagum akan riak-riak kecil ketokohan ketimbang keringat darah kekaryaan, akan fenomena-fenomena seni budaya ketimbang sistem nilai yang menaunginya. Kita bertanya mengapa persepsi kalangan sastra India begitu berlawanan dengan rekan-rekan imbangan mereka di Inggris dan Amerika. Apa yang membuat India begitu menarik bagi dunia Barat? Dan tidak sepatutnyakah India bangga akan kebangkitan sebuah aliran (genre) sastra pasca-kolonialisme yang diakui secara internasional?

Ada banyak interpretasi. Salah satunya adalah kerutinan yang lama-lama memuakkan, yang satu napas dengan peribahasa terkenal itu: "familiarity breeds contempt" ("keterbiasaan menuai kebencian").

Tahun 1987, ketika Penguin India pertama kali berdiri, mereka hanya menerbitkan enam buku. Sekarang, mereka menerbitkan rata-rata se-ratus judul per tahun. Penerbit yang merupakan kerja sama Penguin Books dan Ananda Bazar Patrika ini memilih posisi sebagai penerbit bagi pasar dalam negeri sekaligus juga sebagai "komprador sastra India" untuk pasar internasional. Harper Collins India, yang didirikan se-kitar lima tahun kemudian, juga didirikan atas landasan motivasi yang sama. Tidak mengherankan, di penghujung tahun 1980-an, jumlah penulis India yang karyanya diterbitkan di luar negeri dapat dihitung dengan jari. Sekarang, jumlah tersebut telah melambung ke sekitar sepuluh penulis setiap tahun.

Seiring dengan kebangkitan ini, terdapat gairah kepenulisan baru yang tidak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…