Pasukan Dengan Sejuta Wajah
Edisi: 08/30 / Tanggal : 2001-04-29 / Halaman : 63 / Rubrik : SEL / Penulis : Zulkifli, Arif , Sepriyossa, Darmawan , Kuswardono, Arif A.
Lahir di tengah masa pergolakan, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tumbuh menjadi kesatuan elite yang pernah amat disegani dalam peta militer Indonesia. Kopassus juga memiliki banyak wajah: kesatuan tempur yang andal, lembaga tempat karir militer bisa melaju cepat, dan organisasi yang akrab menerima hujatan pelanggaran hak asasi manusia. Apa perannya dalam sejarah dan bagaimana sosok Kopassus, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-49, pekan silam?
DI Batujajar, Jawa Barat, pagi belum lagi turun. Seorang lelaki muda tersentak bangun, lalu tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya pada pukul dua pagi. Tubuhnya menggigil menahan hawa pagi yang menampar-nampar, tapi ia memaksa dirinya berlari. "Cepat, cepat, cepat!" sebuah hardikan keras memaksanya berpacu lebih kencang. Baru beberapa meter, bruk. Ia menabrak sebuah jip Land Rover yang diparkir di pinggir lapangan. Rasa kantuknya belum sepenuhnya pupus. Ambruk sebentar, ia bangkit dan meneruskan olahraga pagi itu-beberapa orang tersenyum menyaksikan kejadian tersebut. Tak lama kemudian, ia sudah larut bersama sejumlah kawannya dalam kegiatan olahraga yang terlalu pagi bagi ukuran orang normal itu.
Pemandangan pagi di Pusat Pendidikan Komando Grup 3 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Batujajar, Bandung, itu adalah pemandangan tentang aktivitas yang keras, rutin, dan teratur. Sekitar 200 orang berkumpul dan digojlok selama tujuh bulan untuk mendapat brevet Kopassus. Tidur pukul 10 malam untuk kemudian dibangunkan empat jam kemudian. Berlari, merangkak, dan menembak dengan kondisi tubuh yang tak selalu fit karena kurang istirahat, sementara konsumsi makanan mereka tak cukup memenuhi standar. "Uang makan hanya Rp 7.500 untuk tiga kali makan," kata Sersan Kepala Yusuf, kepala dapur di pusat pendidikan itu.
Tapi Kopassus adalah pesona bagi sebagian prajurit TNI. Sebuah kesatuan elite yang terpandang dan bisa menjanjikan banyak hal: karir yang melejit, bintang-bintang di pundak, dan kemasyhuran. "Malu jika kembali ke kesatuan tanpa brevet komando," kata Harianto, tentara berpangkat prajurit dua yang mengulang pendidikan setelah gagal mengikuti seleksi tahun lalu.
Namun, membandingkan animo besar dari orang semacam…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…