Pak Diro, Pejuang Tua

Edisi: 07/22 / Tanggal : 1992-04-18 / Halaman : 27 / Rubrik : OBI / Penulis : BSH


ANDAI malam itu, 46 tahun lampau, ia tidak bergadang semalam suntuk,
entahlah apa yang terjadi pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 itu. Dialah
yang malam itu, bersama kawan-kawannya, mempersiapkan pengamanan pembacaan
proklamasi kemerdekaan di teras rumah Bung Karno, Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta. Dia, pejuang tua itu, tiada lain adalah Sudiro, yang sangat beken
dengan panggilan Pak Diro. Ahad lalu, Pak Diro meninggal di RS
Ciptomangunkusumo, Jakarta, dalam usia hampir 81 tahun.

; Almarhum meninggalkan seorang istri, lima anak, dan 20 cucu. Jenazahnya
dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ketua
umum PWRI (Persatuan Wredatama RI) ini menerima belasan piagam penghargaan.
Antara lain Bintang Mahaputra Pratama, Bintang Gerilya, Satyalencana Perintis
Kemerdekaan. Menjelang proklamasi itu Pak Diro adalah salah seorang di antara
lima sekretaris Bung Karno, merangkap salah seorang pimpinan Barisan Pelopor,
organisasi pemuda militan pimpinan Bung Karno dan Bung Hatta untuk "menyusun
dan merebut kekuasaan" dari tangan Jepang. Di malam proklamasi itulah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…