Menyoal Bhakti, Setelah Akuisisi

Edisi: 07/30 / Tanggal : 2001-04-22 / Halaman : 100 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Taufiqurohman, M. , Adi, I G.G. Maha , S., Endah W.


IBARAT medan pertempuran bisnis, lanskap Indonesia ditaburi "bangkai" perusahaan-perusahaan yang bangkrut atau sekarat. Bayang-bayang elmaut tampak nyata sejak akhir 1997, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Puluhan bank terpaksa tutup dan ribuan lainnya terjerat kredit macet yang berjumlah triliunan rupiah. Memang, masih banyak perusahaan yang bertahan, tidak bangkrut, dan kinerjanya lumayan, tapi nilai sahamnya terbawa anjlok gara-gara depresiasi rupiah. Saham Indocement Tunggal Prakarsa, misalnya, yang semula pernah berkibar di atas Rp 10 ribu, kini dinilai 10 persen dari harga lama.

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) kemudian menjadi tempat penampungan bagi perusahaan yang kolaps dan yang sekarat itu. Ada ribuan perusahaan bernaung di bawah payung BPPN dengan nilai aset sekitar Rp 600 triliun atau dua kali APBN 2001. Perusahaan-perusahaan itu masuk koleksi BPPN antara lain karena kredit macet, juga lantaran pemiliknya punya bank yang ditutup atau diambil alih pemerintah. Kendati prospeknya diragukan, ada saja perusahaan yang berperilaku bak burung nasar dan siap menyambar perusahaan yang diperwalikan ke BPPN itu. Salah satu yang kini tampak garang dan berpotensi mengguncang Indonesia adalah Bhakti Investama. Perusahaan milik keluarga Tanoesoedibjo ini giat melakukan berbagai akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan yang berada di bawah kuasa BPPN tersebut.

Akuisisi terakhir yang dilakukan Bhakti dari serentetan akuisisi yang dirintisnya sejak tahun 2000 terjadi Jumat dua pekan lalu. Hari itu, Bhakti meneken perjanjian pembelian 51 persen saham Indomarco Prismatama dari BPPN seharga Rp 162 miliar. Dengan demikian, Bhakti kini menguasai perusahaan eceran berbendera Indomaret, yang sangat ambisius meluaskan jaringannya dan kini memiliki 500-an toko di seluruh Indonesia.

Sebelum itu, Bhakti membelanjakan hampir Rp 2 triliun untuk membeli sejumlah perusahaan, seperti Salim Oleochemical dan Bentoel (lihat tabel). Tahun ini, Bhakti berencana membeli aset-aset besar yang dikuasai BPPN…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…