Simon Winchester: “letusan Krakatau Memicu Radikalisme Islam Di Jawa”

Edisi: 28/32 / Tanggal : 2003-09-14 / Halaman : 80 / Rubrik : IQR / Penulis : Hariyanto, Ignatius, ,

AWAL percintaan Simon dengan Krakatau terjadi pada awal 1970-an. Ketika itu, dalam kapasitasnya sebagai koresponden Guardian untuk wilayah Asia, ia mengunjungi gunung berapi di Selat Sunda itu. Kunjungan itu diulanginya beberapa tahun kemudian. Simon merasa ada yang aneh dengan Krakatau: gunung itu bertambah tinggi 250 kaki dalam 25 tahun atau 20 kaki setahun. Krakatau kemudian menjadi topik yang menarik hatinya.

Mengaku sebagai seorang “geolog” yang buruk, penulis buku Krakatoa ini memang pernah belajar geologi di Universitas Oxford, Inggris, pada 1966 dan sempat bekerja sebagai geolog, di antaranya di Uganda dan Afrika Selatan. Namun, karena ingin menulis dan berkeliling dunia, Winchester memilih menjadi seorang wartawan dan menghabiskan waktunya sebagai juru tinta di koran The Guardian, Inggris.

Meski bukan “geolog yang baik”, dua buku terakhirnya--dari 16 judul yang sudah terbit--mengambil tema geologi, yakni tentang letusan gunung berapi dan peta. Paduan antara pemahaman geologi dan naluri kewartawanan membuat pria kelahiran London, Inggris, 59 tahun lalu ini menghasilkan buku-buku yang enak dibaca. Buku Krakatoa disusun dengan data-data yang rapi, seperti balok yang tersusun dari bawah hingga ke atas.

Winchester juga seorang peneliti yang tekun. Saat mengumpulkan data untuk Krakatoa, ia melakukan hal yang unik, misalnya membuat iklan kecil di sebuah koran di Belanda untuk meminta informasi dari pembaca yang keluarganya memiliki memori tentang peristiwa ledakan Krakatau.

Tak disangka, 70-an orang memberi tanggapan kepada iklannya dan mengirimi Simon dokumen dan catatan koleksi nenek buyut di Batavia atau kerabat di Amsterdam. Sebuah surat, misalnya, bercerita tentang seorang wanita yang mengeluh ia tak lagi…

Keywords: -

---

Foto Terkait