Simon Winchester: “letusan Krakatau Memicu Radikalisme Islam Di Jawa”
Edisi: 28/32 / Tanggal : 2003-09-14 / Halaman : 82 / Rubrik : IQR / Penulis : Pamuntjak, Laksmi , ,
Krakatoa : The Day the World Exploded, 27th August 1883
Penulis: Simon Winchester
***
BAYANGKAN, untuk sementara: sebuah pendakian yang kita semua tahu puncaknya, tampat di setiap cabang jalan ada cerita. Tapi kita tahu kita bukan Odysseus, jadi kita tahu ini semua bonus. Dan bukan sembarang bonus: sang pengarang adalah seorang terpelajar. Maka, kita menemukan sebuah kutipan pembuka dari The Prince, buku Antoine de Saint Exupery yang bijaksana itu. Sekelumit mengenai Jan Pieterszoon Coen, pendiri Hindia Belanda, dan wataknya yang âasliâ. Apa yang tersirat dalam hubungan Charles Darwin dan Alfred Russell Wallace; bagaimana geologi dan biologi bertaut dalam kehidupan di atas bumi. Lalu, tiba-tiba: sebuah bab mengenai seekor gajah sirkus yang marah, yang diusir dari âkamarâ-nya di Hotel Des Indes. Ke mana pun kita dibawa, ada terang--dan rasa girang yang terbetik: kita sadar kita dapat memakai informasi tersebut, kapan saja, dalam obrolan warung kopi atau dalam basa-basi resepsi. Seperti yang dikatakan sendiri oleh pengarangnya, Simon Winchester, â(Buku ini) populer karena alasan yang benar; orang belajar sesuatu darinya.â (âItâs popular for the right reason, people learn from it.â)
Selebihnya: sejarah bumbu-bumbu, sejarah tanam-tanaman, sejarah orang-orang asing di Indonesia. Dan karena sejarah tidak pernah berdiri sendiri, sebuah ulasan mengenai lada dengan cepat meruah ke sejarah penjajahan Belanda oleh Spanyol; sepasang paragraf singkat mengenai burung-burung tropis segera membentang ke teori evolusi. Sangat terampil, penguraian benang ini, sehingga sejarah tampil luas sekaligus khusus, akbar sekaligus sederhana. Krakatoa dihamparkan bagaikan sebuah pentas, dengan bayangan gunung sebagai layar: unsur-unsurnya pun muncul satu-satu, berdiri sendiri, dengan masing-masing keanehan dan keistimewaannya.
Tapi sang pengarang tak berhenti di situ. Apabila topik bisa beragam, menyebar ke segala arah, kenapa gaya harus tunggal dan mengikat? Lebih jauh lagi: buat apa memilih antara fiksi, penulisan sejarah, atau autobiografi kalau ketiga-tiganya bisa bersenyawa dengan enteng dan tanpa beban? Maka, kita temukan bagian-bagian yang hangat, lucu, pribadi: pengalaman sang pengarang di Greenland, misalnya, ketika ia, pada usia 21 tahun, ikut sebuah ekspedisi yang berhasil mengumpulkan âbukti-bukti pertama adanya arus kontinental". Tak disadari teknik ini membangun keintiman dengan âpublikâ layaknya sebuah lakon teater, sehingga orang bisa berbetah-betah melancong dalam teks hingga tak terasa lebih dari 200 halaman telah lalu.
Lalu, mengapa Krakatau? Kita diberi tahu: dari Bogota sampai Washington, barometer guncang tak keruan; suara kehancuran terdengar sampai Australia dan India. Debu berseliweran selama bertahun-tahun, suhu udara turun drastis, mayat hanyut jauh, sampai di Pantai Zanzibar. Tapi, seperti diakui sang pengarang sendiri, letusan yang terjadi pada 27 November…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…