Selamat Jalan, Piek

Edisi: 28/32 / Tanggal : 2003-09-14 / Halaman : 148 / Rubrik : OBI / Penulis : Setiyardi, Idayanie, L.N. ,


AROMA melati menyeruak di ruang utama Teater Galeri, Yogyakarta. Sosok jenazah Saptohoedojo, 78 tahun, terbujur dalam balutan batik berwarna emas kemerahan. Rabu pekan lalu, seniman yang serba bisa itu mengembuskan napas terakhir. Sapto meninggal dunia akibat stroke yang menyerangnya hampir 10 tahun silam. Ia meninggalkan seorang istri, 9 anak, 19 cucu, dan 2 orang buyut.

Dunia seni Indonesia pun berduka. Selama ini, Saptohoedojo dianggap sebagai salah satu ikon penting dunia kesenian. Sapto mampu mengubah produk kesenian "kelas kampung" menjadi karya seni berselera tinggi yang mahal. Para perajin keramik di Kasongan, Yogyakarta, misalnya, mengenang Sapto sebagai seniman yang berjasa menaikkan nilai jual produk mereka. Tokoh kelahiran Solo, 6 Februari 1925, ini sempat memberikan "pelajaran keramik" kepada puluhan perajin keramik Kasongan.

Sapto adalah seniman bertangan dingin—seperti Raja Midas yang mampu menjadikan emas apa pun benda yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…