Sjamsul Dan Itjih Nursalim: ”apa Salah Saya?”

Edisi: 12/31 / Tanggal : 2002-05-26 / Halaman : 120 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , ,


Sjamsul, lahir di Lampung 19 Januari 1942, keras menyanggah tudingan itu. Dalam wawancara dengan wartawan TEMPO Karaniya Dharmasaputra—yang menemuinya di Rumah Sakit Raffles, Selasa dua pekan lalu—sembari disabar-sabarkan oleh Nyonya Itjih, Sjamsul membeberkan pembelaannya dengan muka yang memerah, tangan diacung-acungkan, dan suara parau menahan jengkel. Saat itu hadir juga Lin Che Wei, Direktur SG Securities, yang baru pindah kantor ke Singapura. Berikut petikannya.

Akhir bulan ini tim hukum BPPN akan mengumumkan hasil kajian MSAA. Anda dinilai cedera janji.

Itjih: Kami harap tim dapat mengambil kesimpulan yang adil. Yang harus dikaji adalah kewajiban kedua pihak, bukan cuma kami, tapi juga BPPN. Pemerintah merupakan pihak dalam perjanjian. Jadi, kecuali dibicarakan dulu bersama kami, kajian itu cuma bersifat internal.

Sjamsul: Soal MSAA kami sudah selesai. Perjanjian dibuat oleh pengacara BPPN. IMF juga memberi arahan. Kami ikuti semuanya. Lalu kita closing. Ini perjanjian yang harus dihormati pemerintah. Kalau tidak, siapa lagi yang bisa dipegang? BPPN berjanji akan memberikan release and discharge (pembebasan dari tuntutan hukum). Tapi kami malah dibikin sulit. Istri saya, yang tidak ada urusan apa-apa, dicekal.

Cekal itu baru dilepas sebulan lalu?

Sjamsul: Baru saja. Kenapa sampai mesti dicekal? Beginilah politik.

Surat release Anda kan tidak diteken Jaksa Agung.

Sjamsul: Memang tidak, tapi semua saksi, termasuk pejabat Kejaksaan Agung yang ikut berunding, masih hidup. Bisa Anda tanyai. Bukti-buktinya ada.

Jaksa Agung Ghalib maksud Anda?

Sjamsul: Pak Ghalib tahu persis soal ini. Saya pribadi bertemu dia. Waktu kami berunding di kantor BPPN, Jaksa Agung Muda Suhandjono selalu hadir.

Anda kan cuma memegang fotokopi surat release itu, bukan aslinya?

Itjih: Di MSAA juga sudah ada pasal release and discharge. Yang lain berbentuk surat. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Waktu closing diberikan pada kami. Tapi yang berbentuk surat, BPPN bilang mau dicatatkan dulu di notaris dan tidak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…