Di Ujung Laras Kalashnikov

Edisi: 04/30 / Tanggal : 2001-04-01 / Halaman : 20 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sudarsono, Gendur , Budiyarso, Edy , Sepriyossa, Darmawan


DI SEBUAH tikungan, tiga truk bermuatan pasukan Gegana Brigade Mobil itu tiba-tiba disergap. Mereka diberondong dengan senapan otomatis oleh segerombolan pengacau bertopeng yang bertiarap di pinggir jalan. Tapi, pasukan tempur milik Polri itu tidak gentar. Dengan sigap, puluhan anggota Brimob yang bersenjata senapan baru AK-101 meloncat keluar dan berpencar. Lalu, sambil berguling, mereka membalas serangan itu. Di tengah hujan peluru, dua anggota pengacau terjungkal dan seorang "tewas". Tidak sampai dua menit, pasukan Brimob bisa membuat gerombolan itu lari terbirit-birit.

Peristiwa Jumat pekan lalu itu tidak berlangsung di Aceh, tidak pula di Kalimantan Tengah atau Maluku. Adegan tersebut cuma simulasi yang dipamerkan di Markas Brimob Kelapadua, Jawa Barat, di hadapan sejumlah anggota Komisi I DPR. Hadir juga dalam acara itu Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro dan sejumlah petinggi Polri.

Seorang perwira polisi yang menyaksikan atraksi itu tak habis-habisnya mengagumi senapan serbu AK-101. Bentuknya yang ramping, kata perwira tersebut kepada TEMPO, membuat senapan itu ringan, mempergesit gerakan pasukan. Senapan AK-101 juga tidak rewel walau terkena air laut, bahkan terendam lumpur. Dan yang lebih istimewa lagi, senjata itu tetap stabil walau ditembakkan seribu kali.

Senjata jenis AK-47 seri terbaru buatan Rusia itu kini menjadi kebanggaan pasukan Brimob. Selain AK-101, Polri juga membeli AK-102. Bulan lalu, menurut Asisten Perencanaan Polri, Inspektur Polisi James D. Sitorus, sudah datang 4.000 pucuk. Dan akhir bulan ini akan dikirim lagi 10 ribu pucuk.

Tapi, mengapa polisi harus membeli dari Rusia, bekas negara komunis itu, dan bukan dari Pindad saja, yang perusahaan dalam negeri? Kenapa pula perlu melengkapi diri dengan senjata secanggih itu?

Pertanyaan semacam itulah yang kini berada di kepala banyak kalangan, terutama para perwira TNI. Dan segera pula, soal pembelian senjata baru itu menjadi kontroversi luas yang membuka kedok…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…