Di Balik Laras Senapan Rusia
Edisi: 04/30 / Tanggal : 2001-04-01 / Halaman : 22 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Budiyarso, Edy , Silalahi, Levi
ADA tekanan istimewa dalam pidato Jenderal Surojo Bimantoro, Jumat pagi lalu. "Pembelian senjata AK-101 dan 102 dari Rusia semata-mata karena lebih murah dan mutunya lebih bagus. Jadi, jangan ada pertanyaan lain soal pembelian itu." Ihwal senjata itu diucapkan orang pertama kepolisian tadi ketika menerima kunjungan kerja Komisi I DPR, di Markas Brimob, Kelapadua, Jakarta.
Senjata Rusia? Rupanya, kata seorang sumber TEMPO, ada pembelian besar-besaran senapan serbu Avtomat Kalashnikov (dikenal sebagai AK-47) oleh polisi yang diributkan para petinggi militer. Salah satunya seperti yang dikemukakan Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Departemen Pertahanan, Mayjen TNI Sudrajat. Dia menilai, setelah polisi disapih dari militer dan dikembalikan pada jati dirinya sebagai aparat sipil, langkah membeli AK yang tergolong jenis senjata kombatan itu, "tidak pas." Tidak cuma itu. Sebagian kalangan lain mensinyalir proyek pembelian ini diselimuti praktek korupsi-kolusi.
Sumber yang melihat dokumen kasus ini bercerita terperinci. Proyek besar pembelian 14 ribu pucuk senjata AK itu dimulai tahun lalu. Empat ribu di antaranya-dari dua tipe: AK-101 dan AK-102 kaliber standar NATO 5,56 x 45 mm-didatangkan dari Rusia melalui PT Austamindo Environmental Services. Total harga pembelian mencapai Rp 16,9 miliar. Sedangkan 10 ribu lainnya, jenis AK-2000 P, senilai Rp 33 miliar, diimpor dari Cina via PT Krisdjaya Mandiri, perusahaan yang dipimpin mantan gubernur Akademi Kepolisian, Mayjen (Purn.) Pamoedji R. Soetopo. Proyek ini dijajaki Bimantoro ketika masih menjabat Asisten Operasi semasa Kapolri dijabat Rusdihardjo. Persetujuan final diambil ketika ia naik menggantikan Rusdihardjo.
Rencananya, pembelian itu ditutup dengan anggaran tahun ini. Pada 30 Januari lalu, Kapolri Bimantoro telah berkirim surat kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Isinya, pengajuan bujet pembelian 1.300 pucuk AK-101 dan 102 senilai…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…