Sutrisno: "saya Belum Pernah Melihat Kekerasan Di Stpdn"

Edisi: 31/32 / Tanggal : 2003-10-05 / Halaman : 50 / Rubrik : WAW / Penulis : Prasetya, Adi, ,


BEKAS Ketua Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Sutrisno, terlihat pucat. Sesekali, lelaki 51 tahun itu terbatuk-batuk kecil. Di ruang tamu kampus STPDN, Jatinangor, Jawa Barat, setelah upacara serah terima jabatan pimpinan sekolah itu, Kamis pekan lalu, ia terlihat lelah. "Saya legawa dengan keputusan itu," ujarnya tentang pencopotan dirinya sebagai Ketua STPDN.

Sejak kematian seorang praja STPDN, Wahyu Hidayat, 3 September 2003, tensi kehidupan Sutrisno meningkat pesat. Ia harus bolak-balik Jakarta-Bandung untuk menghadap atasannya di Departemen Dalam Negeri. Sutrisno juga harus mendatangi DPRD Jawa Barat dan parlemen pusat untuk menjelaskan kasus kematian Wahyu Hidayat. Tak cuma itu, puluhan wartawan dari pelbagai media tiap hari menjadikan pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, ini sebagai sumber berita nomor wahid.

Seperti kekerasan di STPDN sebelumnya, kematian Wahyu Hidayat sebenarnya hampir masuk kotak. Tapi gencarnya pemberitaan media yang menduga Wahyu "dipermak" seniornya membuat polisi melakukan pembongkaran kuburan pemuda ceking itu. Tim forensik yang dipimpin dr. Mun'im Idris memastikan Wahyu meninggal akibat penganiayaan. Polisi bergerak dan menahan beberapa pelaku penganiayaan terhadap praja asal Cileungsi, Bogor, tersebut.

Kematian Wahyu langsung menjadi isu panas. Stasiun televisi SCTV dengan gencar menyiarkan kasus tersebut—termasuk dengan menayangkan berulang-ulang video rekaman kekerasan di kampus calon camat tersebut. Buntutnya, caci maki publik merangsek ke institusi itu. Bahkan seorang pengunjung situs resmi STPDN memelesetkan nama sekolah itu menjadi "Sekolah Tinggi Pembunuhan Dalam Negeri".

Puncaknya, Rabu pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno mencopot Sutrisno dari jabatan Ketua STPDN. Ia lalu diberi pos baru sebagai pengawas good corporate governance—sebuah jabatan yang belum pernah ada di struktur Departemen Dalam Negeri sebelumnya. Posisi Ketua STPDN kini ditempati oleh I Nyoman Sumaryadi, bekas Kepala Biro Humas dan Protokol Departemen Dalam Negeri.

Wartawan TEMPO Adi Prasetya menemui Sutrisno untuk sebuah wawancara khusus, Kamis pekan lalu. Percakapan sepanjang satu setengah jam itu dihadiri pula oleh beberapa pejabat STPDN dan Direktur Jenderal Departemen Dalam Negeri , Siti Nurbaya. "Pesan saya, jangan emosional. Kasih ruang keadilan untuk menjelaskan (kasus ini) menurut persepsi kita," kata Siti beberapa saat sebelum meninggalkan Sutrisno di tengah wawancara. Yang dinasihati hanya bisa mengangguk sambil tersenyum getir. Berikut petikan wawancara itu.

Ada kesan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…