Baihaki Hakim: "pertamina Bukan Perusahaan Nenek Moyang Mereka"

Edisi: 32/32 / Tanggal : 2003-10-12 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Setiyardi, Adi, I.G.G. Maha, Zulkifli, Arif


KAPAL besar bernama Pertamina itu kembali mendapat nakhoda baru. Setelah sempat tertunda beberapa kali, 17 September lalu, pemerintah akhirnya mencopot Baihaki Hakim, 61 tahun, dari kursi Direktur Utama Pertamina. Ariffi Nawawi, yang sebelumnya menjadi Direktur Pengolahan Pertamina, ditunjuk pemerintah menempati posisi direktur utama badan usaha milik negara (BUMN) basah tersebut.

Baihaki mengaku tak terkejut. Pria kalem berdarah Minang ini mengatakan telah empat kali diusulkan Dewan Komisaris Pertamina Pusat untuk diberhentikan dari kursi panas tersebut. Bahkan, "Draf surat keputusan pencopotannya sudah dibuat Kantor Menteri Negara BUMN," ujar Baihaki.

Persoalan segera meruap. Soalnya, meski telah diberi sinyal sebelumnya, Baihaki mengaku tak mengetahui waktu pencopotannya dengan persis. Saat pemerintah mengumumkan penggantiannya, Baihaki tengah menggodok rencana obligasi Pertamina Tongkang, di Jakarta. Waktu penggantian itu seolah hanya diketahui Menteri Laksamana semata. Direktur Utama Pertamina yang baru, Ariffi Nawawi, mengaku juga diberi tahu secara mendadak. "Saya baru ditelepon pagi harinya," ujar Nawawi.

Pertamina memang selalu menjadi perhatian publik. Maklumlah, BUMN dengan total aset Rp 138 triliun ini kerap diidentikkan sebagai "sapi perah" bagi para penguasa. Apalagi kinerja keuangannya makin kinclong. Pada tahun 2002, Pertamina berhasil meraup laba bersih Rp 14 triliun. Tak aneh, banyak kalangan menghubung-hubungkan penggantian Direktur Utama Pertamina dengan Pemilu 2004 yang akan datang.

Untuk mengetahui pelbagai persoalan yang membekap Pertamina, Setiyardi, I G.G. Maha Adi, dan Arif Zulkifli dari TEMPO pekan lalu mewawancarai Baihaki Hakim di rumahnya yang lengang di kawasan Menteng, Jakarta.

Selepas dari Pertamina, Baihaki memang banyak menghabiskan waktu di rumah, mengelola lembaga swadaya masyarakat, dan mengunjungi anak-cucu (satu anaknya kini bermukim di AS). Tapi, Desember nanti, ia akan bekerja kembali di sebuah perusahaan minyak yang namanya masih ia rahasiakan.

Ditemani teh hangat, selama lebih dari dua jam, Baihaki berbicara tentang berbagai hal mengenai Pertamina. Berikut ini petikannya.

Apa yang sesungguhnya terjadi dengan pencopotan Anda?

Sejak saya masuk Pertamina pada Februari 2000, saya selalu diterpa isu akan diberhentikan. Itu terjadi baik dalam era pemerintahan Gus Dur maupun Megawati. Tapi, dibandingkan dengan beberapa Direktur Utama Pertamina sebelumnya, saya relatif lebih bertahan lama.

Mengapa Anda bisa bertahan?

Entahlah. Mungkin karena Presiden Megawati memang bukan tipe orang yang suka gonta-ganti pejabat. Setahu saya, Dewan Komisaris Pertamina Pusat (DKPP) sudah empat kali hendak mencopot saya. Kantor Menteri Negara BUMN bahkan telah membuat draf surat keputusan penggantian tersebut.

Mengapa DKPP ngotot mengganti Anda?

Saya tidak tahu. Tapi saya mendengar ada beberapa alasan: dari usia saya yang dianggap terlalu tua hingga tudingan saya sebagai Direktur Utama Pertamina pilihan Gus Dur. Tapi mereka tahu bahwa saya adalah profesional yang lurus. Saya tak bisa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…