Habibienomics, Gusdurnomics, Meganomics, Dan Apalaginomics

Edisi: 02/30 / Tanggal : 2001-03-18 / Halaman : 52 / Rubrik : KL / Penulis : Sadli, M. , ,

M. Sadli*)
*) Pengamat Ekonomi

AWALNYA, ada yang bisa disebut "Ordebarunomics", yang hidup di zaman Soeharto. Ini ditandai oleh laju pertumbuhan yang cukup tinggi, 6-7 persen setahun, pembangunan infrastruktur sampai ke daerah, pendidikan sekolah dasar yang luas, industri manufaktur yang maju, keamanan dan ketertiban yang terjamin. Akan tetapi, sistem ini tidak bisa bertahan karena KKN-nya mengganas, perusahaan besar BUMN menjadi sapi perahan bagi yang berkuasa, konglomerat Cina dan pribumi sama-sama rapuh karena menjadi besar hanya dengan kredit dari bank untuk membiayai proyek-proyek besar yang cash-flow-nya tidak tahan guncangan resesi, antara lain karena overpricing biaya proyeknya. Peradilan rusak karena hanya melayani pihak yang bisa membayar dengan harga tertinggi.

Setelah itu, timbul istilah Habibienomics, walaupun sebenarnya hal ini tidak bisa disebut sebagai suatu sistem karena masanya terlalu pendek. Habibie lebih penting sebagai presiden yang memerintah kurang dari dua tahun, menggantikan Soeharto. Prestasinya yang terbesar adalah mencetak undang-undang yang banyak sekali dalam waktu yang begitu pendek, dengan DPR yang masih dikuasai oleh hasil pemilu Orde Baru. Karena peluncuran undang-undang itu terburu-buru, pasti punya banyak cacat. Akan tetapi, sebagian undang-undang itu meletakkan dasar untuk reformasi berikutnya. Namun, karena pasti ada cacatnya, misalnya pada Undang-Undang Bank Indonesia dan Undang-Undang Otonomi Daerah, seharusnya harus ditinjau kembali. Akan tetapi, nyatanya proses demikian sekarang juga sangat sukar karena konsensus politik tidak mudah dicapai. Maka, akhirnya kita harus bersyukur bahwa dasar undang-undang sudah ada.

Misalnya, undang-undang yang mengukuhkan independensi Bank Indonesia. Tanpa…

Keywords: -

---

Foto Terkait