'fatwa' Al-azhar Buat Mega

Edisi: 02/30 / Tanggal : 2001-03-18 / Halaman : 87 / Rubrik : KL / Penulis : Mujani, Syaiful , ,


Syaiful Mujani*)
*) Peneliti pada PPIM-IAIN, Jakarta

ADA dua pandangan politik penting dalam konteks hubungan Megawati Sukarnoputri sebagai calon presiden dengan sikap politik-keagamaan partai politik Islam. Pertama, fatwa sejumlah kiai pendukung partai Islam terbesar, PPP, yang tidak membenarkan dukungan terhadap PDI-P karena Megawati, calon presiden dari partai ini, seorang perempuan. Menurut fatwa ini (saya sebut fatwa politik patriarkal), seorang perempuan, karena ia perempuan, tidak dibenarkan memimpin, apalagi memimpin sebuah negara dan pemerintahan. Yang kedua adalah "fatwa" Al-Azhar. Bukan fatwa dari ulama Al-Azhar di Mesir yang sering dijadikan rujukan ulama di dunia Islam, melainkan "fatwa" sejumlah politisi di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, dua pekan lampau, yang membenarkan Mega menjadi presiden.

Fatwa yang pertama masih bisa dipegang menjelang pemilihan presiden dalam Sidang Umum MPR 1999 yang lalu. Ketika itu, tidak ada calon presiden yang layak menyaingi Megawati kalau dilihat dari perolehan suara partainya di MPR. Tapi, jumlah kursi ini tidak cukup kalau berhadapan dengan koalisi partai-partai lain selain PDI-P. Golkar, yang menjagokan Habibie, mencoba membangun koalisi ini dengan partai Islam,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…