Suara Madura, Suara Dayak

Edisi: 01/30 / Tanggal : 2001-03-11 / Halaman : 22 / Rubrik : LAPUT / Penulis : , ,


SAMPIT bukanlah Kurusetra, tempat keluarga Pandawa dan Kurawa menuntaskan segala permusuhan mereka. Yang bisa ditemukan di situ hanya sebuah ladang pembantaian, tempat dendam dicoba ditamatkan tanpa perlawanan.

Masa lalu bereinkarnasi di Sampit. Tak ada lagi Bima dan Dursasana memang, tapi prosesi pembelahan dada dan minum darah manusia terjadi di sana. Budaya Nayao, memenggal kepala musuh, pun kembali hidup. Kali ini bukan antara Pandawa dan Kurawa, melainkan antara suku Dayak dan Madura. Setelah itu, sedikitnya darah 469 orang pun membasahi tanah Sampit-456 di antaranya dari Madura. Tak sedikit dari mereka berada di usia kanak-kanak.

Darah yang tertumpah memang tak lagi dapat dikumpulkan. Tapi bagaimana agar mimpi buruk kemanusiaan ini tak lagi terjadi?

* Mayjen (Purn.) Syamsudin
(Mantan Ketua Komnas HAM; bertugas di Kalimantan saat kerusuhan etnis Cina-Dayak pada 1967)

Menurut saya, masalahnya semata pada persoalan ekonomi dan budaya. Masyarakat penduduk asli mengalami keterpinggiran secara ekonomi dan sosial dibandingkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…