Hendro Subroto: "tubuh Para Jenderal Itu Tak Disayat-sayat"

Edisi: 01/30 / Tanggal : 2001-03-11 / Halaman : 40 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


HENDRO Subroto menghabiskan puluhan tahun untuk meneropong ribuan detail kehidupan manusia-dengan hasrat dan ketelitian-dari balik kamera. Namun, dia memperlakukan hidupnya sendiri dengan cara yang jauh lebih praktis. Di samping kamar mandi, di rumah pribadinya, di kawasan Tomang, Jakarta Barat, ia menggantung pakaiannya secara kategoris di dinding tembok. Dan ia cuma perlu beberapa menit untuk mencomot sebuah celana atau jaket tanpa harus repot membongkar lemari. Hendro merasa tidak perlu memakai sepatu saat joging, terutama untuk alasan kesehatan.

Alhasil, betapa seringnya bus patas AC menolak mengangkut Hendro karena mengira ia tunawisma yang tak bisa membayar ongkos. Dan dalam bukunya, Perjalanan Seorang Wartawan Perang, wartawan senior ini cuma perlu memasang 57 foto untuk ilustrasi buku setebal 430 halaman. Sementara itu, berapa ribu rol film yang telah ia habiskan sebagai fotografer dan juru kamera?

Banyak orang memang menyebut-nyebutnya sebagai wartawan perang. Ia kenyang meliput daerah konflik: Timor Timur, Vietnam, Kamboja, dan Timur Tengah. Ia dua kali tertembak selama bertugas. "Tapi itu risiko yang harus dibayar setiap reporter yang berangkat ke daerah konflik. Anda harus melupakan rasa takut untuk mendapatkan cerita eksklusif dari tangan pertama," ujarnya kepada TEMPO. Sudah hampir 129 kali ia terjun dari udara untuk mengambil gambar. Kamera memang ibarat buluh perindu baginya: ia tak bisa berjauhan dengan kamera video ataupun kamera foto, yang sudah dijinjingnya sejak usia 24 tahun.

Mengawali karir sebagai juru kamera berita TVRI pada 1964, Hendro Subroto sempat mendapat pendidikan jurnalistik televisi di Jepang pada 1967. Cenderung otodidak, profesi sebagai wartawan membawa Hendro ke banyak wilayah perang, konflik bersenjata. Ia menyaksikan bagaimana nyawa manusia cuma dihitung dengan angka setelah menjadi jenazah, untuk kemudian ditumpuk dalam lubang-lubang penguburan massal.

Salah satu mosaik pengalaman yang tak terlupakan baginya adalah mengabadikan pengangkatan jenazah enam jenderal dan seorang kapten pahlawan revolusi yang terbunuh dari Lubangbuaya pada 4 Oktober 1965. Liputan itu disiarkan di TVRI selama tiga hari berturut-turut, disertai narasi yang mengungkapkan betapa keji cara PKI membunuh mereka: di tengah pesta Gerwani (organisasi wanita PKI), kelamin serta anggota tubuh para korban disayat-sayat. Liputan itu membakar amarah rakyat, yang kemudian menjadi dalih pembantaian dan prosekusi puluhan tahun kepada orang-orang PKI serta mereka yang dituduh komunis.

Puluhan tahun diam, baru kali ini Hendro berani mengatakan apa yang dia lihat. Dia mengungkapkan beberapa detail yang menyimpang dari apa yang kemudian dipublikasikan dalam sekian buku sejarah dan film-film versi Orde Baru. "Tubuh para jenderal itu tidak disayat-sayat," ujarnya kepada TEMPO.

Sementara liputan di Lubangbuaya "dibumbui", banyak liputan Hendro yang lain disensor, misalnya liputan Hendro tentang Timor Timur. Dia adalah salah satu dari lima wartawan Indonesia pertama yang mendapat kesempatan meliput konflik bersenjata di kawasan itu pada 1975. Toh, sebagian besar liputan itu tidak bisa disiarkan ke publik karena pertimbangan politis. "Keputusan menyiarkan liputan memang bukan pada saya. Tapi kadang-kadang saya bertanya, untuk apa mempertaruhkan hidup mati-matian, sementara semua bahan eksklusif itu harus disimpan begitu saja," katanya sembari tersenyum.

Hendro Subroto biasa menulis teknologi militer sebagai salah satu spesialisasinya. Setelah pensiun dari TVRI pada 1992, Hendro tidak berhenti terjun dan menulis. Ia menjadi kontributor resmi untuk tulisan-tulisan teknologi militer pada beberapa majalah asing, antara lain Military Aviation Air Force yang terbit di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…