Lat, Crayon Shin-chan, Dan Calvin: Kisah Para Bocah Dalam Komik

Edisi: 52/29 / Tanggal : 2001-03-04 / Halaman : 57 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko , Prabandari, Purwani D. , Arjanto, Dwi


APA kabar, Lat? Masih bulat? Masih menciptakan komik strip untuk New Strait Times? "Masih, masih, seminggu tiga kali," jawabnya kepada Purwani D. Prabandari dari TEMPO melalui telepon internasional (tentu saja dengan aksen Melayu yang kental). Suaranya berat. Kita kemudian membayangkan tubuh gendut kartunis yang nama aslinya Mohamad Nor Khalid ini di Ipoh, Perak, Malaysia sana, terguncang-guncang karena kaget tiba-tiba mendapat telepon dari Jakarta. "Saya pernah diajak syuting di Senen oleh Christine Hakim, lalu saya karikaturkan suasana stasiun Senen," ia mengenang. Lo, lo, yang diingat kok artis, bukan almarhum majalah Humor-tempat sang Kartunis dulu menjadi kontributor-atau almarhum Arwah Setiawan (bekas ketua Lembaga Humor Indonesia), atau kartunis-kartunis Indonesia, atau teman-teman sesama kartunis seperti Priyanto S. dan G.M. Sidharta?

"Ha-ha-ha...," tawanya menggelegak mengalir ke telepon Jakarta. "Eh, Encik dah tahu belum geger Shin-chan di Indonesia? Ibu-ibu pada protes karena komik itu dianggap jorok."

"Wah-wah-wah, saya tidak pernah membaca Shin-chan. Tapi memang komik Jepang banyak seksnya. Kita tak perlu ikut-ikut," jawab Lat serius.

Itulah Lat. Jika majalah ini ingin mencari pendapat tentang Crayon Shin-chan pada kartunis Malaysia yang bergelar Darjah Datuk Paduka Makota Perak ini-sebuah gelar tertinggi pemberian kesultanan Malaysia-tentu bukan tanpa alasan.

Pertama, tokoh trilogi komiknya yang paling kesohor, Kampung Boy, Town Boy, dan Mat Som, adalah sosok anak-anak (yang tumbuh remaja).

Komik Kampung Boy, yang telah diterjemahkan ke bahasa Jepang, misalnya, adalah cerita riwayat hidup Lat di pedesaan Ipoh sejak Lat lahir sampai berumur 10 tahun. Seperti juga Shin-chan, masa kanak-kanak Lat yang berambut keriting itu beserta teman-teman sebayanya digambarkan secara visual ataupun tekstual sebagai anak yang bandel minta ampun, sulit diurus. Disuruh mandi malah memilih nyemplung di kali atau kolam ikan. Masih telanjang bulat, dia akan lari sipat kuping menghindari setrap.

Tingkah laku isengnya juga luar biasa. Sang Kampung Boy akan membuat jengkel para bapak haji yang sedang kenduri. Tapi, bagaimanapun, di balik kenakalan sosok ciptaan Lat itu, kita juga merasakan kearifan dan penekanan etika hormat terhadap orang tua dan lingkungan. Sementara itu, kenakalan tokoh Crayon Shin-chan ciptaan Yoshito Usui lebih sering menyebalkan pembacanya. Norak. Shin-chan memang anak yang sangat curious, sangat ingin tahu tentang perubahan organ tubuhnya. Hampir setiap panel komiknya memperlihatkan betapa "obsesifnya" ia terhadap seksualitas, sehingga pecinta komik Indonesia-seperti Masyarakat Komik Indonesia (MKI), sekumpulan komikus muda dari Jakarta, Malang, Bandung, Solo, Yogya, dan Padang-pun merasa risih. "Seharusnya Shin-chan untuk konsumsi orang-orang tua yang punya anak kecil," tutur Wahyu Sugianto, Ketua MKI, saat dia berdemonstrasi membela komik lokal di halaman gedung grup Kompas-Gramedia, pekan lalu.

Alasan lain untuk berbincang dengan Lat perihal "keganasan komik Jepang" ini adalah karena Lat satu-satunya kartunis Asia Tenggara yang bisa mencuri perhatian publik kartun Amerika. Pada periode 1995-1997, Lat pulang-balik Kuala Lumpur-Los Angeles untuk menggarap 26 episode animasi Kampung Boy yang diproduksi oleh Measat (Malaysian East Asia Satellite). Amerika Serikat adalah gudang komik dunia. Buku kartun atau komik strip tiap minggu-di harian-harian terkemuka- banyak yang menampilkan tokoh anak-anak. Sebut saja Dennis the Menace, Peanuts, dan Calvin and Hobbes, hingga Bart Simpson, yang tampil pada periode generasi MTV. Karena itu, tentu saja Lat dianggap sebagai kartunis Melayu yang berprestasi karena berhasil menembus "gudang komik dunia" itu dan menyumbangkan leluconnya di sana.

"Setiap wilayah punya selera sendiri. Apa yang lucu di negara lain belum…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…