Dua Spies, Satu Tragedi
Edisi: 49/29 / Tanggal : 2001-02-11 / Halaman : 44 / Rubrik : FT / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,
WALTER SPIES dan Rudolf Bonnet adalah legenda. Orang mengenal mereka sebagai bohemian yang buku-buku tubuhnya peka terhadap romantisme Bali. Spies, lelaki berdarah Jerman kelahiran Moskow tahun 1895 itu, bertempat tinggal di Ubud selama 15 tahun. Awalnya, Spies memperkenalkan kertas, tinta cina, dan sketsa kepada pelukis setempat.
Bersama Bonnet, Spies mendirikan Pita Maha, perkumpulan pelukis Bali yang menyediakan cat, kuas, dan kanvas secara gratis sembari mengajarkan kaidah-kaidah lukisan modern, seperti komposisi atau perspektif. Tuan Tepis, begitu panggilan akrabnya dari warga Bali. Ida Bagus Made, Anak Agung Gede Sobrat, Anak Agung Gede Meregreg, antara lain, adalah sebagian muridnya. Rangsangan Spies dan Bonnet terhadap kesenian Bali mirip dengan yang dilakukan pelukis Prancis, Paul Gauguin, kepada seni rupa tradisional Tahiti
Memang, era kedua legenda itu di Bali (1928-1942) adalah masa ketika awal keajaiban Bali yang masih suci dikeroyok oleh gairah oriental seniman pelancong, misalnya antropolog Gregory Bateson, Margareth Mead, pemusik Jaap Kunst, Colin Macphee, Le Mayeur, Hofker, dan novelis Vicky Baum,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tillema, Multatuli Fotografi
1994-05-14Koleksi foto h.f. tillema berharga karena ia memotret segi-segi "buruk" di tanah hindia belanda. tapi…
Menggoda Kejujuran Fotografi
1994-02-05Pameran teknologi merekayasa karya foto, di new york, membuka peluang manipulasi foto hampir tanpa batas.…
Kesaksian Sebastiao Salgado
1994-03-19Fotografer yang doktor ekonomi ini mengabadikan wajah-wajah yang menyumbang pada keuntungan perusahaan, dan mereka hanya…