Industri Terancam, Di Mana Pemadam Kebakaran?
Edisi: 48/29 / Tanggal : 2001-02-04 / Halaman : 100 / Rubrik : EB / Penulis : Taufiqurohman, M. , Tanjung, Leanika , Fibri, Rommy
SINYAL-SINYAL menakutkan yang dikirimkan oleh berbagai asosiasi perusahaan manufaktur, telah menggiring masyarakat pada kesimpulan bahwa dunia usaha kini sedang sekarat. Sepanjang pekan silam, silih berganti Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI), dan Gabungan Elektronik (Gabel) angkat suara perihal puluhan anggotanya yang telah, sedang, dan akan memindahkan sebagian line produksinya ke luar Indonesia. Negeri yang menjadi tujuan antara lain Vietnam, Thailand, Malaysia, dan India.
Sinyal-sinyal itu tentu tak bisa diabaikan, tapi juga terasa berlebihan. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, tapi entah mengapa, soal perburuhan dituding sebagai penyebab utama. Ketua Aprisindo, Anton J. Supit, mengungkapkan bahwa ada 12 perusahaan yang memindahkan sebagian line produksinya ke Vietnam dan Thailand. Otomatis, jalur produksi mereka di Indonesia juga berkurang. Namun, Anton membantah ada pemindahan pabrik (relokasi) ke luar negeri. "Salah satu perusahaan sudah pasti mengurangi line produksinya dari 100 menjadi hanya 30 line," katanya. Gara-gara perampingan itu, Indonesia kehilangan sekitar US$ 480 juta dari potensi penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja dari sektor sepatu saja.
Hal yang sama dikemukakan Sekjen API, Irwandy M. Amien. Katanya, ada 50 perusahaan tekstil dan produk tekstil yang telah memindahkan sebagian perangkat produksinya ke Kamboja dan Vietnam. Di sektor industri mainan, ada lima perusahaan yang "hijrah" ke India, Vietnam, Myanmar, dan Cina. Bahkan, kata Ketua API, Benny Sutrisno, ada 10-an perusahaan yang tak sekadar memindahkan produksinya. "Mereka sudah mendirikan pabrik baru di sejumlah negara, mulai dari Vietnam sampai Rumania," ujar Benny lagi.
Namun, mereka semua enggan menyebut nama perusahaan yang angkat kaki itu. Tapi sumber TEMPO mengungkapkan, nama beberapa perusahaan yang "hijrah" itu antara lain Kong Tai (Tangerang), Prima Inreksa, Provila, Ecco Indonesia, dan lima pabrik sepatu lain di Surabaya. Sisanya masih belum mengambil…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…