Pembantaian Di Perairan Sumatra
Edisi: 47/29 / Tanggal : 2001-01-28 / Halaman : 28 / Rubrik : NAS / Penulis : Gaban, Farid , Soedjiartono, Bambang ,
MENDEKAP bayinya, Mariena Manurung berkata terbata-bata. "Janganlah kami sudah miskin harus mengalami penderitaan seperti ini," katanya. Tinggal di perkampungan nelayan kumuh Pematangpasir, Kabupaten Deliserdang, Mariena kini harus menghidupi delapan anaknya sendirian. Dua pekan lalu, ayah anak-anaknya, Maringan Sitanggang, ditemukan tewas.
Tapi, bukan itu yang paling menyedihkan Mariena. Mengutip siaran pers dari Markas Pangkalan TNI Angkatan Laut Belawan, media massa setempat melukiskan Maringan, dan empat kawannya, sebagai para bajak laut yang tewas tenggelam di laut. "Dia bukan perompak. Saya tahu betul apa yang dikerjakan suami saya selama ini," kata Mariena. "Justru dialah yang berjuang memberantas pukat harimau." Maringan, 49 tahun, adalah ketua cabang setempat untuk Serikat Nelayan Sumatra Utara-sebuah organisasi yang keras menentang operasi kapal-kapal trawl (pukat).
Seperti penduduk Pematangpasir lainnya, hidup sebagai nelayan adalah darah-daging Maringan. Sebuah hari pada awal bulan ini, Maringan berangkat ke laut seperti biasanya, menenteng peralatan dan satu tas berisi baju. Namun, dia tak pernah pulang hidup-hidup. Tiga hari kemudian mayatnya tergolek di Rumah Sakit Pirngadi, Medan. Keluarganya menandai ada bekas ikatan di tangan almarhum dan juga bekas bacokan berulang kali pada tubuhnya.
Maringan tidak sendirian. Mayat Syamsul Bachri, tetangganya, tak kurang mengenaskan. Di kepala, kaki, dan tangan ada bekas luka bacok, lehernya biru seperti bekas ikatan tali, dan ada empat liang tusukan serta bekas siraman air panas pada perutnya. "Suami saya tidak tewas tenggelam. Dia dianiaya sebelum dibunuh," kata Masniari, istrinya. Keluarga Misnan, tetangga Maringan yang lain, berkesimpulan sama. Pada kepala Misnan terlihat bekas luka bacokan berkali-kali, bahkan lehernya nyaris putus. Dua nelayan Pematangpasir lain, yang diketahui pergi bersama Maringan, tidak ditemukan jasadnya hingga kini.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum Medan, Irham Buanan Nasution, selaku kuasa hukum Maringan, yakin bahwa kliennya dibunuh. Dan pembataian itu, kata Irham, berkait dengan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?