Umar Kayam, Sebuah Perayaan Tentang Hidup
Edisi: 09/31 / Tanggal : 2002-05-05 / Halaman : 65 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Anom, Andari Karina , Laksmini, Gita W.
Seperti alter egonya yang bernama Ageng, Kayam menyusuri hidup tanpa rencana besar, tanpa ambisi yang berkobar, tanpa siasat atau strategi. Tapi sesungguhnya Kayam, maupun Ageng, adalah sosok yang merayakan hidup. Dengan segala kesulitan yang mencekik, Kayam menyusuri hidup dengan sikap yang relaks, penuh humor, tapi dengan kegairahan yang penuh. Ikuti laporan TEMPO tentang beberapa potong rekaman hidupnya; keterlibatannya dan sikapnya dalam dunia sastra, politik, film, teater, seni rupa, dan dunia akademis. Ikuti pula pemikiran Taufik Abdullah, Nirwan Dewanto, Bakdi Soemanto, Bambang Bujono, dan Laksmi Pamuntjak tentang sumbangan Umar Kayam untuk hidup yang dicintainya.
... dan begitu saja anak muda itu mendekat dengan cepat dan memeluk Sri. Dan Sri begitu saja juga membalas pelukan itu dengan memeluk anak muda itu erat-erat. Mata Sri dipejamkan kuat-kuat dan beberapa titik air mata terasa menetes di pinggiran pipi Sri. Di tengah pelukan yang kuat itu, adalah dua makhluk manusia, se-orang perempuan dengan usia hampir lima puluh tahun, se-orang laki-laki hampir tiga puluh tahun, terlibat dalam percakapan sendiri di dalam bahasa mereka sendiri....
-- (Sri Sumarah, hlm. 99, Umar Kayam)
UMAR Kayam melahirkan seorang ibu bernama Sri Sumarah di sebuah masa, ketika tubuhnya masih tegap dan bicaranya masih lantang. Sri Sumarah ciptaannya adalah seorang istri yang setia kepada mendiang suaminya; ibu dari anak dan mantu yang dikejar-kejar tentara karena keterlibatannya dengan PKI, dan seorang pemijat yang memiliki 10 jari yang mampu menaklukkan tubuh muda yang perkasa milik anak le-laki berusia 30 tahun. Sri Sumarah, yang lahir pada awal cerita sebagai istri yang penuh bekti kepada suami itu, di akhir cerita lahir sebagai manusia biasa ketika ia bertemu dengan seorang pemuda tak bernamayang usianya lebih kurang sama dengan usia putranyayang bau tubuhnya menggairahkan dan menghidupkan segala indranya yang sudah lama tertidur; yang mendorong dirinya untuk menatap dirinya (kembali) di muka cermin dengan kutang yang sudah begitu tua. Mereka hanya tidur semalaman, berpelukan, kelonan, tanpa berbuat apa-apa begitu saja, seperti sepasang manusia biasa . Umar Kayam melahirkan seorang bayi ber-nama: Cerita yang Luar Biasa.
Lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932, dan dikebumikan pada 16 Maret 2002 di Karet, Jakarta, Umar Kayam lahir sebagai sastrawan di usia yang sangat terlambat. Tak seperti sastrawan di zamannya seperti Rendra atau Goenawan Mohamad, yang sudah dikenal publik ketika usianya masih di bawah 20 tahun, nama Kayam baru berkibar setelah cerita-cerita pendeknya lahir ketika dia sudah mencapai usia 30-an. Saya memang sastrawan telat, katanya kepada TEMPO suatu siang di kantor TEMPO di kawasan Kuni-ngan, Jakarta Selatan, se-masa belum dibredel. Seperti biasa, sebelum sowan, Kayam mengecek menu apa gerangan yang akan disiapkan majalah ini untuk mewawancarainya. Karena siang itu TEMPO akan mewawancarai Kayam perihal komikus R.A. Kosasih untuk sebuah laporan panjang, makan siang harus mak nyus.
Menikmati hidup, penuh kegairahan dengan segala yang bersifat leisure, dan kritis terhadap kemalasan anak-anak muda untuk membaca, di masa mudanya sesungguhnya Kayam adalah seorang sosok yang rigorous alias penuh vitalitas. Selama menjadi mahasiswa di Yogyakarta, ia sudah pelopor dalam berbagai kegiatan kesenian. Setiap kegiatan seni di Universitas Gadjah Mada, Kayam…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…