Pembaruan Militer, Ambivalensi Sipil
Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 38 / Rubrik : NAS / Penulis : Sepriyossa, Darmawan , Kuswardono, Arif A. , Pudjiarti, Hadriani
SEKITAR dua tahun lalu, seulas senyum mengembang di wajah Susilo Bambang Yudhoyono, seusai sebuah rapat pimpinan ABRI di markas besar Cilangkap. Rapat yang panjang dan panas itu memang membahas soal mendasar buat ABRI. Yudhoyono berhasil meyakinkan para koleganya bahwa ABRI harus berubah total, seiring dengan perubahan global dan reformasi politik di dalam negeri.
Yudhoyono memang layak merasa puas. Sebagai Kepala Staf Sosial Politik ABRI, dia memimpin sebuah tim beranggotakan 35 petinggi yang dibentuk untuk menggodok konsep perubahan dalam tubuh militer. Dunia berubah cepat dengan demokrasi menjadi arus besarnya. Semua kekuatan politik menerima dengan antusias, sehingga ABRI tentu akan menjadi anomali jika menolak. Yudhoyono, jenderal yang dijuluki "militer yang berpikir" itu, tak mau institusinya menjadi terasing di tengah perubahan masyarakat.
Dari tim inilah kemudian lahir pikiran-pikiran baru, yang lebih ditajamkan dalam sebuah seminar TNI. Seminar yang berlangsung September 1998 itu kemudian memopulerkan konsep reformasi internal, yang lalu melahirkan paradigma baru ABRI.
Setelah itu, mulailah organisasi militer ini berubah. Pertama-tama, nama ABRI berganti kembali menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ini sebenarnya nama lama yang dipakai sejak 1940-an dan sepanjang 1950-an. Di atas kertas, perubahan nama itu diharapkan membawa organisasi militer itu kembali kepada jati dirinya sebagai tentara. Fungsi tentara tentu cuma satu: pertahanan negara.
Perubahan nama ini berimplikasi pada penamaan Departemen Pertahanan, dari nama lama Departemen Pertahanan dan Keamanan. Pemimpin kementerian ini, yang dulu selalu saja seorang militer, kemudian disipilkan. Sampai tahun ini, dua orang sipil telah menjabat menteri departemen ini, yaitu Mohamad Mahfud dan pendahulunya, Juwono Sudarsono.
Untuk dirinya sendiri, TNI pun berusaha mengubah wujud dengan reformasi internal yang pada intinya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?