Keceriaan Ekonomi Di Tengah Kegalauan Politik

Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 97 / Rubrik : EB / Penulis : Taufiqurohman, M. , Setiawan, Iwan , Riyanto, Agus S.


Rupiah terjungkal, bagaimana ekonomi bisa ceria? Ternyata bisa dan itulah kado ekonomi bagi tahun 2000, tahun yang sarat gonjang-ganjing politik. Sejak krisis tiga tahun lalu, untuk pertama kali dunia usaha membuktikan bahwa ekonomi harus memainkan iramanya sendiri yang tidak mesti seiring dengan irama para politisi. Hasilnya mengesankan. Ekspor meningkat, industri kian cepat bergerak, dan sektor perbankan mulai mengucurkan pinjaman. Itulah secercah sisi positif, sementara sisi lainnya tetap suram, belum banyak berubah. Yang pasti, Indonesia tetap bergantung pada dukungan (dan uang) IMF, penyelesaian utang konglomerat masih tersendat, dan restrukturisasi utang luar negeri swasta juga tak kunjung rampung. Dikhawatirkan, bila pada tahun 2001 belum dibuka investasi baru, sedangkan penegakan dan kepastian hukum tetap tidak mampu menunjang dunia usaha, bukan mustahil krisis yang kedua akan menggilas Indonesia. Nah, waspadalah.

YANG paling mengejutkan dari kinerja ekonomi Indonesia tahun 2000 adalah peningkatan ekspor. Dua hal lain yang patut dicatat adalah kegiatan industri yang diam-diam melonjak dan sektor perbankan yang mulai menjalankan fungsi intermediasinya. Dengan kombinasi ketiga faktor itu, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,5 persen, jauh lebih baik dari tahun lalu (0,2 persen). Menjelang akhir tahun 2000, tampaknya hanya kurs rupiah dan laju inflasi yang tetap saja mengkhawatirkan (Lihat "Evaluasi Kondisi Moneter 2000 dan Tinjauan 2001").

Prestasi ekonomi itu tercapai-dan inilah yang menakjubkan-justru ketika badai politik tak henti-hentinya mengguncang Indonesia. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang muncul dengan legitimasi penuh-di awal masa jabatannya, kurs rupiah menguat sampai Rp 6.800 per dolar AS-menjelang akhir tahun 2000 tampak begitu goyah dan kehilangan dukungan di parlemen. Hal itu pun tecermin dari kurs rupiah yang terpuruk di bawah Rp 9.500 per dolar AS.

Abdurrahman Wahid mulai tidak populer sejak merebaknya skandal Buloggate, disusul Bruneigate, dan terakhir Borobudurgate. Sedemikian rusak citra pemerintahan Gus Dur, sehingga satu-satunya pendukung yang masih setia adalah Partai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…