James W. Castle: "investor Menunggu Sampai Situasi Jadi Lebih Jelas"

Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 116 / Rubrik : EB / Penulis : , ,


BAGI perekonomian Indonesia, tahun 2000 terpaksa dibiarkan lewat tanpa kemajuan berarti di bidang investasi. Nilai ekspor dan impor memang sedikit membaik, tapi nilai investasi tidak bisa lebih tinggi dari Rp 20 triliun. Bandingkan dengan rekor investasi sebelum masa krisis, yang mencapai Rp 35 triliun per tahun.

Pemerintah tampaknya berusaha mengompensasi kelesuan itu dengan rencana meluncurkan beberapa proyek besar, seperti membangun kereta api dengan rel ganda, yang mengandalkan pinjaman asing. Namun, banyak pihak tidak antusias dengan rencana besar itu. Selain belum terlalu diperlukan, hal itu dikhawatirkan bisa menjadi sumber KKN dan, yang pasti, cuma menambah panjang daftar utang luar negeri yang tak terbayar.

Sejak triwulan akhir tahun 2000, ketika nilai rupiah terus terpuruk di atas Rp 9.000 per dolar AS, berbagai kalangan, termasuk pemerintah, sudah tidak lagi memperhitungkan arus masuk investasi asing. Mungkin karena itu pula laju pertumbuhan tahun 2001 ditargetkan tak lebih tinggi dari lima persen.

Memang, investor asing enggan kembali ke negeri ini karena suhu politik yang terus-menerus tinggi. Selain itu, upaya penegakan hukum dilakukan sekedar kosmetik saja-ini berturut-turut terlihat dari kegagalan mengadili mantan presiden Soeharto, kegagalan membekuk Tommy Soeharto, hingga ketidakmampuan menemukan solusi bagi berbagai kerusuhan di daerah.

Situasi yang rawan dan tiadanya kepastian hukum membuat calon investor waswas. "Mereka tak berani masuk karena melihat berita-berita di CNN dan media massa internasional yang menunjukkan seolah-olah Indonesia terus dirongrong masalah," tutur James W. Castle, Presiden The American Chamber of Commerce (Amcham, Kadin-nya Amerika), di Jakarta. Selain kendala di bidang hukum dan politik, ketidakjelasan di berbagai kebijakan ekonomi pemerintah-dari pelaksanaan otonomi daerah, penjualan aset di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), hingga perpajakan-juga semakin membuat para investor asing itu kehilangan gairah untuk berusaha di negeri ini.

Berbagai gelagat di lapangan mengisyaratkan bahwa keadaan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…