Asia Di Atas Panggung Teater
Edisi: 43/29 / Tanggal : 2001-01-07 / Halaman : 194 / Rubrik : SN / Penulis : , ,
SENJA hari di sekitar Stamford Center, Singapura, selalu mengirim rasa tenteram. Dari jalan kita dapat melihat umat Hindu berdoa di sebuah Vihara. Di pinggir pertokoan, orang-orang tua duduk menikmati senja. "Ini daerah paling plural di Singapura. Di dekat sini ada masjid, juga gereja dan kelenteng. Sangat inspiratif untuk warga teater," kata lelaki berwajah menyejukkan itu ketika menyilakan serombongan wartawan mancanegara, termasuk TEMPO, Juni silam memasuki bangunan tersebut. Dialah Kuo Pao Kun, 61 tahun, bapak teater modern Singapura. Bangunan itu adalah tempat Practise Performing Arts School-sebuah lembaga pendidikan teater yang didirikan bersama istrinya, balerina Goh Lay Kuan, sejak 16 tahun lalu.
Sosok Kuo Pao Kun penting bagi dua orang sutradara senior Indonesia, Putu Wijaya dan Riantiarno. Putu Wijaya, November lalu, mementaskan naskah parodi kekuasaan karya Pao Kun, The Coffin is Too Big for the Hole, di Jepang. Adapun Riantiarno atas undangan Kuo Pao Kun mementaskan Sam Pek Eng Tay di Singapura, dengan menggunakan aktor-aktor Practise Performing Arts School.
Kuo Pao Kun mendapat bantuan besar dari pemerintah Singapura untuk mengundang Riantiarno, yang juga diminta untuk bersedia tinggal…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.