Susilo Bambang Yudhoyono: Loyalitas Saya Pada Lembaga, Bukan Perorangan"

Edisi: 41/29 / Tanggal : 2000-12-17 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


MENTERI Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono adalah tipikal orang yang pandai menyimpan isi hati. Pembawaannya tenang. Emosinya selalu terjaga. Ucapannya terukur dan santun. Tiap kata dipilihnya dengan tingkat kehati-hatian yang mengagumkan. Ia berbicara seperti seorang editor yang dengan cermat menyisir tiap kalimat.

Pernyataan yang keras dan nyaring memang bukan gaya lelaki kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949, ini. Tak sekata pun ia mengungkapkan isi hatinya ketika secara tak terduga ia "terpental" dari Cilangkap (Markas Besar TNI) ke kabinet, justru di saat peluangnya menjadi Panglima TNI terbuka lebar. Ketika itu, di awal pemerintahan Abdurrahman Wahid, dari jabatan Kepala Staf Teritorial TNI, Letnan Jenderal Yudhoyono malah ditarik menjadi Menteri Pertambangan dan Energi. Dan karena itulah alumni akademi militer (angkatan 1973) ini pun mesti rela pensiun dini sebagai jenderal penuh di usianya yang baru 51 tahun.

Ia juga selalu kalem menanggapi tuduhan atas keterlibatannya semasa menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996) dalam kasus 27 Juli-pengambilalihan kantor PDI yang berakhir dengan kerusuhan massal itu. Dengan sikap dingin itu pula ia punya andil besar membawa TNI keluar dari impitan hujatan masyarakat setelah kekuasaan Soeharto tumbang. Dialah arsitek reformasi militer yang kemudian menghasilkan konsep Paradigma Baru TNI. Meminjam istilah cendekiawan Nono Anwar Makarim, Yudhoyono adalah "seorang jenderal yang berpikir."

Tapi batu ujian sesungguhnya adalah saat ini, ketika ia mesti ikut menakhodai sebuah pemerintahan yang dia sebut sebagai kapal oleng yang terus diterpa badai. Pertikaian politik yang makin sengit di Jakarta dan pergolakan yang terus berdarah di Aceh, Papua, dan Maluku adalah soal besar yang menantang kemampuannya. Sempat terbetik kabar-yang telah dibantahnya-bersama sejumlah menteri, ia berniat mengundurkan diri dari kabinet. Sebuah kabar yang mengagetkan. Betapa tidak. Pada Agustus lalu, dialah yang mengomandani Tim Tiga-bersama Menteri Ryaas Rasyid dan Erna Witoelar-yang dipercaya Presiden menyusun konsep perampingan kabinet.

Dan itu tetap tak mengurangi kontrol dirinya yang prima. Juga rasa humornya. "Saya pakai jas supaya kelihatan seperti menteri," katanya, Rabu siang kemarin, di kantornya, kepada Hadriani Pudjiarti, Karaniya Dharmasaputra, Darmawan Sepriyossa, dan fotografer Rully Kesuma. Berikut ini petikan wawancara dengannya.

Anda membantah berniat mundur dari kabinet.

Sekali lagi saya jelaskan, tidak ada rencana saya akan mundur. Saya tidak tahu pasti sumber berita itu. Saat menghadapi banyak sekali soal di bidang politik, sosial, dan keamanan dewasa ini, saya bersama menteri terkait justru tengah bekerja keras mengemban tugas berat tersebut. Karena itu, spekulasi mundur itu jelas tidak tepat.

Informasi itu tak kurang datang dari seorang menteri. Apa yang sebenarnya tengah terjadi di kabinet?

Kalau Anda menanyakan ada apa, atau katakanlah ada hubungan yang tidak harmonis antara Presiden, Wakil Presiden, dan menteri-menterinya, sehingga beredar berita itu, saya harus mengatakan sebenarnya ada sebuah mekanisme dalam hubungan fungsional itu. Jika ada perbedaan pandangan dan sikap, perbedaan itu bisa dikomunikasikan. Bisa saja setelah seorang menteri memberikan pendapatnya, Presiden tetap mengambil keputusan yang lain. Dalam etika organisasi, keputusan itu ya harus dilaksanakan. Jika sang menteri sama sekali tidak bisa menerimanya, ya, mundur, daripada di depan publik terus berbantah-bantahan dengan presidennya sendiri. Saya sendiri merasa masih bisa berkomunikasi, sehingga dalam konteks ini saya tidak memilih untuk mundur dari posisi yang ada.

Ada menteri yang pernah mengutarakan niatnya untuk mundur kepada Anda?

Tidak ada dan tidak pernah.

Jadi, kabinet masih solid?

Pada wilayah yang saya koordinasikan, menurut saya masih berjalan normal. Proses konsultasi dan sinkronisasi kebijakan masih berjalan sebagaimana lazimnya. Tentunya saya tidak paham hubungan satu-dua menteri dengan Presiden atau Wapres. Tapi, sepanjang yang saya koordinasikan, tampaknya, setajam apa pun perbedaannya selalu bisa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…