Purnomo Yusgiantoro: "masalahnya, Energi Alternatif Lebih Mahal Dari Bbm"
Edisi: 41/29 / Tanggal : 2000-12-17 / Halaman : 138 / Rubrik : EB / Penulis : , ,
PEMERINTAH tampaknya belum punya cetak biru pengembangan energi berkelanjutan. Padahal, diperkirakan minyak bumi akan habis dalam 18 tahun dan gas dalam 53 tahun-itu pun kalau konsumsinya normal. Kemungkinan terjadinya krisis energi tentu mesti disiasati dari sekarang, misalnya dengan mengembangkan berbagai energi pengganti atau energi alternatif. Dan peluang untuk itu bukan tidak ada. Sebab, di Indonesia, matahari bersinar sepanjang tahun, belum lagi garis pantai yang 85 ribu kilometer ditambah lahan gambut tak kurang dari 27 juta hektare-semuanya merupakan sumber energi yang berlimpah. Namun, sejauh ini, hal itu belum dimanfaatkan. Yang dikonsumsi masyarakat Indonesia justru energi yang tak dapat diperbarui seperti gas alam, minyak bumi, dan derivatnya.
Akibatnya, ada sumber energi yang terabaikan atau terbuang percuma-sinar matahari, misalnya-sedangkan minyak dan gas alam terus dimanfaatkan, tanpa menghiraukan cadangannya yang kian menipis. Keadaan menjadi kian parah karena pengelolaan kedua energi ini sangat tidak efisien-yang tecermin dari kinerja Pertamina dan PLN selama ini. Seperti diketahui, dua badan usaha milik negara (BUMN) inilah yang menyediakan energi dan mendistribusikannya secara nasional.
Pertamina, sejak dulu, menjadi sarang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dan audit yang dilakukan sebuah lembaga independen menemukan inefisiensi di tubuh BUMN itu senilai Rp 43 triliun-untuk periode tiga tahun saja. Pertamina, selain bertindak sebagai mandor kontrak production sharing (KPS), juga memonopoli distribusi dan penjualan minyak serta beroleh fee dari sini. Inefisiensi Pertamina jelas merupakan satu masalah, sementara subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dikucurkan pemerintah adalah soal lain lagi. Dengan subsidi tahun ini sebesar Rp 44 triliun dan tahun depan diperkirakan Rp 36 triliun, harga BBM terhitung murah. Tapi, seiring dengan itu, penyelundupan minyak ke luar negeri juga menjadi-jadi. Ironis sekali.
Kinerja PLN juga tidak lebih baik. Dengan 28 juta pelanggan, BUMN yang memonopoli penyediaan listrik ini secara teknis sudah bangkrut. Besarnya beban utang menyebabkan PLN berpaling kepada pemerintah sebagai satu-satunya dewa penolong. Namun,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…