Al-qaidah Dari Makassar, Katanya
Edisi: 04/31 / Tanggal : 2002-03-31 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Sudarsono, Gendur , Prasetya, Adi , Arjanto, Dwi
ORANG bisa mengatur jadwal, tapi terkadang polisi yang menentukan. Seharusnya Tamsil Linrung dijemput oleh sopirnya pada Sabtu dua pekan lalu di Bandara Soekarno-Hatta. Tapi hari itu, si sopir tak perlu berangkat ke bandara, karena Tamsil tertahan di negeri seberang. Tiga hari sebelumnya, tepatnya 13 Maret lalu, bekas bendahara Partai Amanat Nasional ini ditangkap oleh polisi Manila ketika hendak terbang lagi ke Bangkok. Selain melanggar keimigrasian, ia menghadapi tuduhan lain yang tidak main-main: membawa bahan peledak.
Lelaki 40 tahun ini dijerat bersama dua rekannya, Agus Dwikarna dan Abdul Jamal Balfas. Mereka dituduh masuk ke Filipina dari Bangkok pada 11 Maret secara ilegal. Kendati mereka tercatat dalam manifes pesawat Lufthansa yang membawanya dari Bangkok, ketiga nama itu tidak terekam dalam komputer imigrasi di Bandara Ninoy Aquino. Cuma tudingan ini tak terlalu kuat. Soalnya, menurut Chairul Sulaiman, Kepala Konsuler Kedutaan Besar RI di Manila, setelah dicek, dalam paspor mereka terdapat stempel kedatangan.
Tamsil dan kawan-kawan juga dituding membawa bahan peledak C4 berwujud serbuk cokelat yang ditaruh dalam plastik kecil di salah satu koper mereka. Lalu, di tas tangan Agus ditemukan sebuah gulungan kabel. Dengan bukti ini, mereka dijerat dengan Undang-Undang No. 8294 tentang kepemilikan senjata api, amunisi, dan bahan peledak. "Kami tidak menuduh mereka sebagai teroris. Kami hanya menanyakan, mengapa mereka membawa bahan peledak," kata Komisaris Besar Espina, juru bicara Kepolisian Nasional Filipina.
Kecurigaan itu berpangkal pada perjalanan mereka selama di Filipina. Polisi menduga, ketiga warga negara Indonesia itu sempat pergi ke Cotabato di Filipina Selatan. Wilayah kekuasaan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) ini terbilang rawan dan tidak sembarang orang bisa masuk. Prasangka yang mencuat di kalangan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?